Bagikan:

JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyatakan volume penumpang kereta rel listrik (KRL) hingga awal 2021 ini turun. Penurunan terjadi imbas dari pandemi COVID-19 dan juga pembatasan kegiatan yang dilakukan guna menghindari penularan virus. Khususnya di angkutan umum.

Direktur Utama KAI Didiek Prasetyo menyebut penurunan volume penumpang mencapai 60 persen hingga 70 persen. Penurunan terjadi saat sangat signifikan saat pemerintah menetapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Adapun rinciannya saat masa PSBB ketat diberlakukan yakni awal April penurunan volume penumpang terjadi sangat signifikan. Sementara pada bulan Mei hingga Juni, KAI mencatat volume penumpang hanya 200 hingga 400 ribu.

Menurut Didiek, hal ini karena kebijakan PSBB membuat kereta hanya boleh diisi dengan kapasitas 35 hingga 40 persen dari keadaan normal. Padahal, sebelum pandemi COVID-19 di periode Januari sampai awal Maret tercatat volume penumpang KRL sebanyak 1 juta hingga 1,1 juta.

Kemudian, pada saat PSBB transisi diberlakukan yakni 8 Juni hingga 13 September, KAI juga mencatat rata-rata volume penumpang hanya 200 sampai 400 ribu per bulan.

"Sekarang ini agak mengalami penurunan sedikit tetapi masih di kisaran 300 ribu sampai 400 ribu di awal 2021," katanya dalam webinar bertajuk 'Hadirnya KRL Yogya-Solo', Selasa, 19 Januari.

Tak hanya terjadi di Jabodetabek, Didiek mengatakan penurunan volume penumpang juga terjadi pada Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) jurusan Yogyakarta-Solo.

Kata Didiek, pada Januari 2020 atau sebelum pandemi melanda, KCI mengantar sebanyak 315.484 penumpang. Lalu, terjadi penurunan pada awal pandemi yakni pada Maret 2020 menjadi 202.910.

Kemudian, pada saat kebijakan belajar dan bekerja dari rumah diterapkan, pihaknya mencatat penurunan tajam menjadi 33.168 penumpang saja. Pada titik terendahnya yakni Mei, KCI hanya mampu menjual 22.549 karcis saja.

Saat ini, Didiek mengakui, keadaan KCI sudah berangsur mengalami pemulihan, namun angka masih jauh dari normal. Misalnya pada Juni-September 2020, penumpang per bulan hanya sebanyak 54 ribu hingga hampir 120 ribu orang.

Sementara itu, pada akhir tahun yakni periode Oktober-Desember, okupansi hanya sekitar 40 persen dari normal yakni sebesar 140 ribuan penumpang per bulan untuk ketiga bulan tersebut. Padahal, Prameks dalam kondisi normal bisa mengangkut 5 jutaan orang dalam satu tahun.