Sebut Industri Keuangan Syariah Punya Potensi Besar, Ini Profil Wimboh Santoso yang Pernah Jadi Direktur IMF
Ketua OJK Wimboh Santoso. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Industri keuangan syariah, terutama perbankan, disebut harus fokus menggarap segmen khusus. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.

Langkah tersebut dilakukan agar industri keuangan syariah mampu tumbuh dan berkontribusi lebih banyak bagi perekonomian. Ia juga mengatakan jika keuangan syariah memiliki potensi untuk bisa lebih besar lagi.

"Industri keuangan syariah punya potensi untuk bisa berkembang dengan menggarap sektor ritel dan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah)," katanya dalam webinar Selasa, 19 Januari.

Di industri perbankan, nama Wimboh Santoso memang cukup terkenal. Dilansir VOI dari berbagai sumber, awal Karier Wimboh dimulai saat ia menjabat sebagai pengawas perbankan di Bank Indonesia (BI) pada tahun 1984.

Pada tahun 2010 hingga 2012, Pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun 1983 itu juga menjabat sebagai Direktur Direktorat Pengaturan Perbankan BI.

Setelah itu ia berpindah ke New York lantaran mengisi jabatan kepala perwakilan BI pada tahun 2012. Kariernya semakin melejit di level internasional. Pria kelahiran Boyolali 15 Maret 1957 itu juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) yang mewakili ASEAN plus Fiji, Tonga, dan Nepal. Jabatan tersebut berakhir pada bulan April 2015.

Setelah beranjak dari IMF, Wimboh ditunjuk menjadi Komisaris Utama Bank Mandiri. Ia menggantikan Darmin Nasution yang diangkat sebagai Menko Perekonomian.

Wimboh Santoso berhasil menduduki kursi DK OJK untuk periode 2017-2022. Dalam voting, ia berhasil mengungguli Sigit Pramono.

Sebagai ekonom, Wimboh mengatakan bahwa keuangan syariah di RI cukup dengan dengan lapisan masyarakat akar rumput. Oleh karena itu, ia mengatakan jika perhatian harus diberikan pada segmentasi tersebut agar kinerja lembaga keuangan syariah bisa terakselerasi dengan baik.

"Karena industri keuangan syariah, khususnya perbankan syariah, yang mengalami masalah kredit (pembiayaan) adalah yang menggarap segmentasi komersil," katanya.

Menurutnya, langkah strategis lain untuk mendorong industri keuangan syariah adalah dengan mensinergikan kebijakan pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan ekosistem yang mendukung.

"Selanjutnya kita buat ekosistem halalnya. Sebagai contoh nanti kita buat wisata halal, hotelnya halal, lembaga pembiayaannya juga halal. Hal seperti ini memungkinkan kontribusi syariah menjadi lebih besar," jelas Wimboh.