Bagikan:

JAKARTA - Sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Hari Selasa, dunia mungkin berada di ambang perang dunia baru dan risiko konfrontasi nuklir meningkat, sehingga perlu mewujudkan langkah-langkah untuk mencegahnya.

"Dunia sakit dan sangat mungkin berada di ambang perang dunia baru," kata Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dalam dalam sebuah konferensi di Moskow, melansir Reuters 26 April.

Dia mengatakan perang dunia baru seperti itu tidak dapat dihindari, tetapi risiko konfrontasi nuklir semakin meningkat dan lebih serius daripada kekhawatiran tentang perubahan iklim.

Untuk itu, mantan Presiden Rusia ini menyerukan semua negara harus mengerahkan upaya untuk menghindari pecahnya konflik global skala penuh baru.

"Saya tidak bisa mengatakan apa pukulan terakhir, apa pemicunya. Tapi itu mungkin terjadi di beberapa titik. Kita semua perlu bekerja untuk memastikan bahwa ancaman konfrontasi global, Perang Dunia III skala penuh yang panas ini tidak boleh terwujud," tegasnya seperti melansir TASS.

Berbicara tentang situasi yang terjadi saat ini, Medvedev mencatat bahwa Rusia sama sekali tidak ingin hal tersebut terjadi.

"Tapi ketegangan dunia memang sangat panas," katanya.

Lebih jauh Medvedev mengenang, di masa mudanya, dia dan teman seusianya "biasa berbicara tentang konfrontasi dengan Amerika Serikat, tentang konfrontasi antara Pakta Warsawa dan Aliansi Atlantik Utara."

"Saat itu sepertinya semacam skenario hipotetis, dibuat-buat dan tidak mungkin. Tapi saya tidak bisa mengatakannya sekarang, betapapun sedihnya hal ini," pungkasnya.

Diketahui, Presiden Putin pada Oktober tahun lalu mengatakan, dunia menghadapi dekade paling berbahaya sejak Perang Dunia Kedua. Dia menyebut perang di Ukraina sebagai pertempuran eksistensial dengan Barat yang agresif dan arogan, mengatakan Rusia akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi dirinya dari agresor mana pun.

Sementara, Amerika Serikat dan sekutunya mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran. Sedangkan Ukraina telah berjanji untuk berperang sampai semua pasukan Rusia mundur dari wilayahnya, mengatakan retorika Rusia tentang perang nuklir dimaksudkan untuk mengintimidasi Barat agar membatasi bantuan militer.