Bagikan:

JAKARTA - Gencatan senjata selama 72 jam telah gagal di Sudan saat pertempuran berlanjut antara tentara nasional dengan kelompok paramiliter, menurut asosiasi dokter lokal pada Sabtu (22/4).

Rumah sakit terus menjadi sasaran konflik akibat kedua pihak yaitu Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) gagal memenuhi komitmen mereka saat gencatan senjata, kata Komite Pusat Dokter Sudan (CCSD).

Seorang koresponden Anadolu di lapangan sebagaimana dilansir ANTARA, Minggu, 23 April, mengatakan pertempuran telah meluas ke Bahri dan Omdurman, kota-kota yang bersebelahan dengan ibu kota Khartoum, di mana konflik saat ini terjadi pada 15 April.

CCSD menekankan pertempuran juga terjadi di sekitar markas besar tentara dan istana kepresidenan.

Kedua pihak saling menuduh melanggar gencatan senjata, dengan tentara mengklaim jika RSF terus mendesak ke Khartoum, sementara paramiliter mengatakan SAF telah menyerang pasukannya di beberapa lokasi.

Sementara itu, proses evakuasi diplomat asing dimulai saat kedua pihak yang berperang menunjukkan kesediaan membuka bandara-bandara.

SAF mengatakan dalam pernyataan melalui Facebook bahwa panglima militer Jenderal Abdel Fattah Burhan telah menerima permintaan dari sejumlah negara untuk mengizinkan evakuasi warga negara mereka.

"Kami menunggu proses dimulai dalam beberapa jam ke depan saat Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan China menyediakan pesawat militer untuk evakuasi di Khartoum," kata pernyataan itu.

Misi diplomatik Saudi menjadi negara pertama yang mengevakuasi warga negara mereka melalui Port Sudan. Yordania juga akan menggunakan rute yang sama.

Pertempuran terjadi selama lebih dari seminggu antara SAF dengan RSF, dengan tercatat lebih dari 300 warga sipil tewas dan lebih dari 200 lainnya mengalami luka, menurut angka dari PBB.