Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak semua pihak menjunjung tinggi kebersamaan dari berbagai kelompok Islam yang sejatinya semua satu.

Kata Haedar Nashir, mengingat ada umat muslim lain yang merayakan Idulfitri pada Sabtu 22 April ini, dia berpesan bagi peserta takbiran untuk mengedepankan tasamuh (toleransi). Perbedaan penentuan 1 Syawal merupakan ijtihad ilmiah.

“Nah selama kita masih berbeda maka hukumnya tasamuh, saling toleran, hormat mengormati, harga menghargai sampai nanti suatu saat ada kalender global internasional yang bisa menyatukan seluruh perayaan-perayaan yang menentukan awal bulan Ramadan (1 Ramadan), 1 syawal, dan 10 Zulhijah,” kata dia dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, Jumat 21 April.

Metode menentukan hilal Muhammadiyah berdasarkan Hisab Hakiki Wujudul Hilal, kata dia digunakan Muhammadiyah untuk memperjuangkan Kalender Global yang telah dicita-citakan lewat Konferensi negara-negara muslim dunia di Turki tahun 2016.

“Sehingga jika ada kalender, kita tidak perlu lagi menunggu (pengumuman) 1 hari lagi sebelum hari raya yang bisa jatuh pada esok atau lusa harinya,” jelas Haedar.

Haedar menjelaskan bahwa Islam selaras dengan ilmu pengetahuan. Karena itu, ke depan, umat ini memerlukan kepastian metode yang aplikatif melalui teknologi meski butuh waktu.

“Seperti kita salat, waktunya pasti. Dulu kan untuk salat Zuhur harus melihat posisi matahari tepat di atas kepala. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi yang kalau mau salat lihat matahari. Tapi memang itu perlu waktu. Sama dulu di sini, ketika arah kiblat dirintis Kiai Dahlan waktu itu banyak yang tidak setuju, tapi sekarang satu abad lebih Kemenag melahirkan sertifikasi arah kiblat bagi setiap masjid. Jadi kita harus optimis,” pesannya.

“Suatu saat ketika ada kalender global, kita akan satu dalam Beridulfitri Beramadan dan Beriduladha. Nah sebelum itu sampai, kita toleransi,” tegasnya.