Muhammadiyah Minta Perang Rusia-Ukraina Tidak Dikaitkan dengan Isu Agama
Haedar Nashir /Foto: Antara

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan perang Rusia dan Ukraina bukan masalah agama sehingga umat Islam tidak perlu terpengaruh oleh provokasi dan propaganda kedua belah pihak yang berusaha mencari dukungan politik internasional.

"Peperangan Rusia dan Ukraina bukanlah karena masalah agama," kata Haedar melalui keterangan tertulis, Jumat 4 Maret.

Oleh karena itu, kata Haedar, masyarakat serta umat Islam hendaknya tetap menjaga kerukunan dan persatuan dengan tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

PP Muhammadiyah, menurut dia, sangat prihatin dengan peperangan Rusia dan Ukraina yang tidak sekadar menimbulkan kerusakan fasilitas publik, tetapi juga korban jiwa, baik yang meninggal dunia maupun luka-luka.

"Sebagian korban adalah masyarakat sipil. Peperangan bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah," ucap Haedar.

Ia mendesak kedua belah pihak untuk dapat melakukan gencatan senjata dan mencoba mencari solusi damai melalui meja perundingan.

Selain itu, dia juga mendesak PBB, khususnya Dewan Keamanan, melakukan langkah-langkah untuk mengakhiri peperangan karena akan menimbulkan masalah yang kompleks, baik ekonomi, politik, kemanusiaan, perdamaian global, maupun masalah-masalah lainnya.

PP Muhammadiyah, kata Haedar, memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang telah membuat seruan agar pertempuran diakhiri.

"Akan tetapi, pemerintah Indonesia hendaknya bisa lebih aktif dan proaktif terlibat dalam penyelesaian peperangan Rusia dan Ukraina, dan berbagai dampak yang ditimbulkannya," ujar dia.

Pada era tatanan dunia baru yang menjunjung demokrasi dan perdamaian, menurut dia, semestinya dibangun hubungan antarnegara dan bangsa yang lebih adil serta saling menghormati.

"Menjauhkan tindakan hegemoni dalam bentuk apa pun karena pada dasarnya semua negara dan bangsa di muka bumi ini memiliki kesetaraan," pungkas Haedar Nashir.

.