Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kemungkinan akan saling berhadapan mengenai perang di Ukraina  pada pertemuan tahunan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) di Malta.

Ukraina akan menjadi isu politik yang dominan dalam pertemuan yang dijadwalkan untuk secara resmi menyetujui kesepakatan-kesepakatan yang dicapai pada menit-menit terakhir mengenai isu-isu termasuk posisi staf senior di badan keamanan dan hak asasi manusia di mana negara-negara Barat sering menuduh Rusia melanggar hak asasi manusia dan norma-norma internasional lainnya.

Ini merupakan perjalanan pertama Lavrov ke negara anggota Uni Eropa sejak Rusia memulai invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.

Dilansir Reuters, Kamis, 5 Desember, Lavrov dan Blinken, yang masa jabatannya berakhir bulan depan, tidak dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan.

Sejak perang Rusia di Ukraina dimulai, mereka kadang-kadang menghadiri pertemuan internasional yang sama namun interaksi mereka terbatas.

Pada Maret 2023, di sela-sela pertemuan G20 di New Delhi, mereka mengadakan pertemuan tak terjadwal yang menurut Kementerian Luar Negeri Rusia hanya berlangsung kurang dari 10 menit.

Blinken kemudian mengatakan pada konferensi pers, dia telah meminta Lavrov untuk terlibat dalam diplomasi.

Lavrov mengatakan kepada media Rusia, pertemuan itu konstruktif, namun ia tidak mendengar hal baru mengenai posisi AS.

Pertemuan OSCE yang dihadiri para menteri luar negeri dan pejabat lain dari 57 negara peserta di Amerika Utara, Eropa dan Asia Tengah dibayangi oleh kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, yang para penasihatnya mengajukan proposal untuk mengakhiri perang di Ukraina yang akan menyebabkan kekalahan besar. bagian negara ke Rusia.

Dengan Trump yang akan mulai menjabat dalam waktu satu bulan lagi, negara-negara Barat berencana untuk menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Ukraina dan Rusia kemungkinan akan memperbarui kritiknya terhadap OSCE, yang menurut Lavrov tahun lalu “pada dasarnya diubah menjadi pelengkap NATO dan Uni Eropa".