Maaf, Sekolah di Tanjungpinang Belum Dibuka karena 28 Guru Reaktif COVID-19
Anak sekolah (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau terpaksa menunda penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah karena terdapat sejumlah guru reaktif berdasarkan tes cepat sebelum memulai masuk ke sekolah.

"Semula PTM dijadwalkan mulai hari ini, tapi kita putuskan ditunda dulu sampai batas waktu yang belum ditentukan," kata Plt Kepala Dinas Pendidikan Tanjungpinang Thamrin, dilansir Antara di Tanjungpinang, Senin, 18 Januari.

Thamrin menyampaikan sebelumnya pada Selasa, 12 Januari pihaknya menggelar tes cepat terhadap sekitar 280 tenaga pendidik yang akan melaksanakan PTM di 15 sekolah tingkat SD dan SMP se-Tanjungpinang.

Dari hasil tes cepat tersebut, sepuluh persen atau sekitar 28 orang di antaranya dinyatakan reaktif. Bahkan di beberapa sekolah, ada sekitar lima sampai tujuh orang guru reaktif.

Guru yang reaktif itu langsung dites usap PCR pada Rabu (13/1). Namun, hingga Jumat (15/1) hasilnya belum keluar.

"Kondisi ini sudah dilaporkan ke Wali Kota Rahma, kemudian rapat dengan seluruh kepala sekolah. Semua sepakat ditunda dulu sambil menunggu hasil tes usap guru tersebut keluar," ungkap Thamrin.

Lanjut dia, penundaan PTM di sekolah ini juga mempertimbangkan situasi kasus COVID-19 di Tanjungpinang yang masih fluktuatif, di mana sekitar dua minggu lalu kasus positif tersisa 40 orang, namun dalam beberapa hari terakhir naik lagi jadi 70 orang.

"Jadi, kami tak mau ambil resiko. Takut orang tua ragu mendatangkan anak-anaknya ke sekolah," imbuhnya.

Selain itu, kata Thamrin, dari survei yang dilakukan pihaknya tidak semua orangtua bersedia memberi izin anaknya datang ke sekolah, ada sebagian dari orangtua yang mengaku keberatan.

Kendati tidak berpengaruh besar terhadap rencana PTM, tapi dengan adanya sebagian siswa belajar tatap muka dan sebagian siswa lainnya belajar daring, maka guru memiliki dua tugas, yakni di damping mengajar di sekolah juga mengajar secara daring.

"Kita khawatir proses belajar dan mengajar jadi kurang efektif apabila guru melaksanakan dua tugas itu sekaligus," ujar Thamrin.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa keputusan menunda PTM ini demi kenyamanan orang tua dan keselamatan siswa, serta mencegah terjadinya klaster baru COVID-19 di sekolah.