Bagikan:

JAKARTA - Kerja sama militer Rusia-China membantu memperkuat hubungan strategis dan berbasis kepercayaan antara kedua negara, kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Minggu saat menerima kunjungan Menteri Pertahanan Tiongkok Li Shangfu.

Dalam kesempatan tersebut, Ia memuji kerja sama yang sukses dan komprehensif antara Moskow dan Beijing di bidang pertahanan.

"Saya pikir itu adalah area utama lainnya, yang memperkuat karakter strategis dan berbasis kepercayaan dari hubungan kita, hubungan antara Rusia dan China," kata Presiden Putin, melansir TASS 17 April.

Dia memuji kerja sama militer Rusia-Tiongkok, mencatat bahwa Kementerian Pertahanan Rusia dan Tiongkok bertukar informasi yang berguna dan mengadakan latihan bersama.

"Kami bekerja secara aktif melalui departemen militer kami, secara teratur bertukar informasi yang berguna, bekerja sama di bidang kerja sama teknis militer, dan mengadakan latihan bersama," jelas Presiden Putin, mengutip Reuters.

Latihan tersebut, tambahnya, telah diadakan di Timur Jauh serta Eropa dan melibatkan angkatan darat, laut dan udara.

"Tidak diragukan lagi, ini adalah bidang penting lainnya yang memperkuat sifat strategis dan saling percaya dari hubungan kita," tandasnya.

Presiden Rusia mengenang kunjungan kenegaraan Presiden China Xi Jinping ke Rusia pada Bulan Maret, ketika kerja sama antara kementerian pertahanan menjadi salah satu topiknya.

Dia mencatat, Menteri Pertahanan China "memiliki program kerja yang cukup kaya" di Rusia.

"Kami senang melihat Anda. Saya yakin kunjungan Anda akan dilakukan pada tingkat setinggi mungkin. Selamat datang di Rusia!" ujar Presiden Putin yang dalam kesempatan itu didampingi oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada 14 April, Li Shangfu akan melakukan kunjungan luar negeri pertamanya sebagai menteri pertahanan ke Rusia pada 16-18 April.

Dia direncanakan untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Rusia Shoigu, untuk membahas "keadaan saat ini dan prospek pengembangan kerja sama bilateral di bidang pertahanan, serta masalah keamanan global dan regional saat ini.".

Li sendiri diketahui berada di bawah sanksi AS sejak 2018 terkait pembelian pesawat dan peralatan tempur dari eksportir senjata utama Rusia, Rosoboronexport.