JAKARTA - Pemerintah Prancis menuding Iran sedang membangun fasilitas senjata nuklirnya. Mereka pun mendesak agar Teheran dan Washington meninjau kembali perjanjian Nuklir yang telah disepakati sejak 2015.
Dilansir dari laman Reuters, menteri luar negeri Prancis mendesak Washington untuk meninjau kembali perjanjian nuklir dengan Iran. Disebutkan Iran telah melanggar kesepakatan denuklirasi dengan melanjutkan rencana untuk memperkaya uranium hingga 20 persen di salah satu fasilitasnya di Fordow.
BACA JUGA:
Mengingat sebelumnya Teheran, telah mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia untuk menahan ambisi pengembangan nuklir yang disengketakan. Ini menjadi pelanggaran kesepakatan nuklir pertama Republik Islam sejak Presiden Donald Trump menarik pasukan AS dari Iran, pada 2018.
"Pemerintahan Trump memilih apa yang disebut kampanye tekanan maksimum di Iran. Hasilnya adalah bahwa strategi ini hanya meningkatkan risiko dan ancaman," kata Le Drian kepada surat kabar Journal du Dimanche.
"Ini harus dihentikan karena Iran dan - saya katakan ini dengan jelas - sedang dalam proses memperoleh kapasitas (senjata) nuklir."
Iran menyangkal tudingan tersebut dengan niat untuk mempersenjatai program nuklirnya. Dengan pemilihan presiden di Iran yang dijadwalkan pada bulan, Le Drian mengatakan sangat mendesak untuk "memberitahu Iran bahwa ini sudah cukup" dan untuk membawa Iran dan Amerika Serikat kembali ke dalam kesepakatan.
Sebelumnya, Presiden terpilih Joe Biden mengatakan akan mengembalikan kesepakatan antara AS dan Iran. Namun bila, Iran tidak mematuhi kesepakatan tersebut, Iran bisa mendapatkan sanksi termasuk pelanggaran nuklir.
Namun, Le Drian mengatakan bahwa meskipun kedua belah pihak kembali ke kesepakatan, itu tidak akan cukup. "Diskusi yang sulit akan dibutuhkan mengenai proliferasi balistik dan destabilisasi Iran di wilayah tetangganya," kata Le Drian.