Beda Dulu dan Sekarang, Perbankan Hari Ini Punya Banyak Uang Hadapi Krisis
Ilustrasi uang. (Foto: VOI)

Bagikan:

JAKARTA – Senior Portfolio Manager PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Samuel Kesuma mengatakan realisasi kredit dan target kredit yang hanya menyentuh single digit mengisyaratkan bahwa likuiditas perbankan berada dalam kondisi yang kuat alias berlimpah.

“Ini yang menjadi pembeda perbankan kita hari ini dalam menghadapi krisis. Kalau dulu saat krisis ekonomi banyak bank yang benar-benar tidak punya uang, tapi kalau sekarang likuiditas banyak,” tuturnya dalam webinar Market Outlook 2021, Rabu 13 Januari.

Samuel menambahkan, perbedaan itu merupakan bukti bahwa hari ini lembaga jasa keuangan perbankan telah berada dalam kondisi mature dan telah melakukan perbaikan dari sisi kinerja dan bisnis setelah krisis 98 lalu.

“Bank-bank sekarang cukup kuat, meski sedang pandemi tapi masih ada yang (kreditnya) tumbuh,” tutur dia.

Terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim bahwa stabilitas sektor jasa keuangan terjaga dengan baik pada sepanjang 2020 di tengah tekanan ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid 19.

“Kebijakan-kebijakan (yang dikeluarkan oleh pemerintah) sangat efektif sehingga perekonomian domestik secara bertahap terus membaik Selain itu, stabilitas sistem keuangan sampai saat ini masih terjaga dengan baik,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Jumat, 15 Januari.

Dalam publikasinya, OJK menyebut bahwa di industri perbankan perlambatan aktivitas sektor riil dan belum penuh beroperasinya korporasi besar membuat kinerja intermediasi perbankan mengalami tekanan dan terkontraksi  minus 2,41 persen di 2020.

Namun demikian, kredit Bank BUMN masih tumbuh 0,63 persen dan BPD tumbuh 5,22 persen, serta Bank Syariah tumbuh 9,50 persen.

Kebijakan restrukturisasi kredit perbankan yang telah diperpanjang, hingga akhir Desember telah mencapai Rp971 triliun dari sekitar 7,6 juta debitur UKM dan korporasi.

Lalu, likuiditas perbankan masih cukup memadai ditandai oleh alat likuid perbankan yang terus meningkat mencapai sebesar Rp2.111 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp1.251 triliun, dengan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 11,11 persen.