JAKARTA - Sedikitnya 30 orang tewas di daerah tengah Myanmar pada Hari Selasa, setelah rezim militer melancarkan serangan terhadap sebuah acara yang diadakan oleh kelompok perlawanan sipil, lapor media.
Mengutip penduduk di daerah Sagaing, BBC Burma, Radio Free Asia (RFA) dan portal berita Irrawaddy melaporkan hingga 50 orang, termasuk warga sipil, tewas dalam serangan itu.
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), kelompok bersenjata yang menentang junta militer mengatakan, jet tempur telah menembaki sebuah upacara yang diadakan untuk membuka kantor lokal mereka.
"Sejauh ini jumlah pasti korban masih belum diketahui. Jenazah belum bisa kami ambil," kata anggota PDF yang menolak disebutkan namanya itu, melansir Reuters 11 April.
Reuters tidak dapat segera memverifikasi laporan tersebut, sementara juru bicara militer yang berkuasa tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar.
Diketahui, militer Myanmar yang menggulingkan pemerintah terpilih pada 2021, telah menuai kecaman global atas serangan mematikannya terhadap lawan pro-demokrasi dan warga sipil.
Bulan lalu, setidaknya delapan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan udara di sebuah desa di barat laut Myanmar, menurut kelompok hak asasi manusia, pemberontak etnis minoritas dan media.
Terpisah, sedikitnya tujuh orang juga tewas pada Bulan Januari, ketika militer membom sebuah desa di wilayah yang sama, dan anak-anak tewas ketika helikopter militer menembaki sebuah sekolah di Sagaing September lalu.
BACA JUGA:
Rezim militer selalu membantah tuduhan internasional bahwa mereka telah melakukan kekejaman terhadap warga sipil, mengatakan sedang memerangi "teroris" yang bertekad untuk mengacaukan negara.
Sebagai respons, negara-negara Barat telah meluncurkan sanksi terhadap junta dalam upaya untuk menghentikan pendapatan dan akses ke peralatan militer dari sekutu dan pemasok utama seperti Rusia.