JAKARTA - Serangan brutal polisi Israel kepada jamaah Masjid Al-Aqsa yang sedang melaksanakan salat malam dan itikaf Ramadan pada hari Rabu, 5 April 2023 kemarin, harus dikutuk oleh komunitas internasional.
Setidaknya 400 orang Palestina ditangkap dan ditahan polisi Israel di Atarot, Yerusalem Timur.
Aksi brutal semacam itu bukan hanya telah merusak status quo dan menaikan kembali tensi konflik, melainkan bisa merusak stabilitas regional.
Tak heran Liga Arab segera mengadakan pertemuan darurat setelah itu karena serangan tersebut berdampak serius terhadap kawasan.
"Saya sendiri menyebut aksi brutal tersebut sebagai rutinitas barbar yang disengaja Israel tiap bulan Ramadan. Ramadan tahun lalu, misalnya, Israel juga menyerang Al-Aqsa dan melukai sedikitnya 158 warga Palestina," kata Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen DPR RI Fadli Zon dalam keterangannya, Kamis 6 April.
Kata dia, sebelumnya, pada Ramadan 2021, Israel juga melakukan aksi yang sama. Bahkan, dampaknya termasuk paling berdarah, karena telah memicu serangan Israel ke Gaza yang menewaskan sedikitnya 256 orang, termasuk 66 anak-anak, dan melukai lebih dari 1.900 orang.
"Jadi, saya melihat bahwa serangan brutal Israel kepada jamaah Masjid Al-Aqsa tiap Ramadan memang disengaja. Israel ingin merusak kesucian Al-Aqsa dan bulan suci Ramadan yang sangat sakral bagi umat Islam. Sehingga, aksi semacam itu tak cukup hanya dikutuk keras. Israel seharusnya ditindak keras dan diberi sanksi oleh dunia," paparnya.
Fadli menilai, aksi yang terus berulang setiap Ramadan ini juga menunjukkan Dewan Keamanan PBB tidak belajar dari insiden-insiden sebelumnya. Padahal, PBB seharusnya bisa sigap dan antisipatif. Jika diperlukan, Dewan Keamanan bahkan dapat menurunkan pasukan perdamaian di Al-Aqsa setiap bulan Ramadan.
Serangan berulang terhadap Masjid Al-Aqsa ini merupakan bentuk pre-text untuk melakukan “Yahudisasi” masjid bersejarah umat Islam tersebut.
"Saya melihat Israel ingin meruntuhkan Al-Aqsa dan menggantinya dengan Temple Mount. Ini pernah sudah terjadi pada Masjid Ibrahimi di Hebron, di mana setengah dari masjid itu sudah diubah menjadi Sinagog sejak tahun 1967," terang Fadli yang juga Wakil Ketua DPP Partai Gerindra
Sekarang, gerakan sayap kanan Israel ingin menghancurkan identitas Islam di kompleks Masjid Al-Aqsa dan membangun sebuah kuil Yahudi di dalamnya. Tindakan ini bisa sangat berbahaya.
BACA JUGA:
Bagi bangsa Palestina, Al-Aqsa adalah salah satu dari sedikit simbol nasional yang masih tersisa. Sementara, bagi umat Islam sedunia, Al-Aqsa adalah kiblat pertama. Sehingga, setiap upaya merusak kesucian Al-Aqsa pasti akan mendapat respon dari umat Islam di seluruh dunia.
"Jadi, aksi brutal Israel yang telah menembaki jamaah Al-Aqsa dengan granat kejut, peluru karet, serta gas air mata, harus dikutuk keras. Dunia seharusnya juga segera memberi sanksi kepada Israel," tegas Fadli Zon.