3 Eksperimen BRIN Riset Gerhana Matahari Hibrid yang Bakal Lintasi Indonesia
FOTO ILUSTRASI/UNSPLASH/Karl Magnuson

Bagikan:

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan bakal melakukan tiga eksperimen riset mengenai fenomena antariksa langka gerhana matahari hibrid yang melintasi wilayah Indonesia pada 20 April 2023.

Kepala Pusat Antariksa BRIN Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan pihaknya melakukan pengamatan lapangan di Pulau Biak, Provinsi Papua, lantaran daerah itu mengalami gerhana total.

"Kami berharap bisa mendapatkan data yang sangat berharga," ujarnya dalam konferensi pers di Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) dilansir ANTARA, Kamis, 6 April.

Tiga eksperimen yang dilakukan BRIN berupa perekaman fenomena korona matahari, penghitungan perubahan dari terang menjadi gelap, dan riset tentang perubahan dinamika ionosfer saat gerhana.

Emanuel menjelaskan riset tentang ionosfer itu sangat penting karena berdampak terhadap sistem komunikasi radio frekuensi tinggi atau high frequency.

BRIN bekerja sama dengan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut dalam melakukan riset mengenai ionosfer tersebut.

"Kami hanya melakukan tiga eksperimen kecil, tapi harapan kami ini bisa berdampak besar baik untuk riset di tempat kami maupun pada hal-hal terkait edukasi maupun kerja sama," kata Emanuel.

Gerhana matahari hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin-penampakan itu tergantung dari lokasi pengamat. Kejadian itu disebabkan oleh lengkungan bumi.

Gerhana matahari hibrida pada 20 April 2023 mendatang adalah gerhana ke-52 dari total 80 gerhana dalam kategori siklus soros 129.

Fenomena antariksa itu bisa disaksikan mulai dari daerah Maluku, Papua Barat, dan Papua. Sedangkan sebagian besar daerah lain, termasuk Jakarta, hanya akan menyaksikan gerhana matahari parsial.

Persentase ketutupan piringan matahari saat puncak gerhana di Pulau Biak sebanyak 100 persen, Jakarta (Planetarium dan Observatorium Jakarta) sebanyak 38,9 persen, dan Anyer (Komplek Mercusuar Cikoneng) sebesar 36,2 persen.

Gerhana matahari di Biak, Provinsi Papua, berlangsung selama 3 jam 5 menit dengan durasi gerhana matahari total hanya 58 detik.

Sedangkan di Jakarta, durasi kontak awal sampai akhir berlangsung selama 2 jam 37 menit. Sementara di Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, durasi gerhana berlangsung selama 2 jam 33 menit.