Rusak Foto Raja, Mahasiswa Anti Monarki di Thailand Ditangkap
Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang aktivis mahasiswa Sirichai Nathuang didakwa karena dianggap menghina monarki dengan merusak foto Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. Putusan itu lnatas menuai protes dari banyak pihak.

Melansir Reuters, Jumat 15 Januari, pria berusia 21 tahun itu adalah mahasiswa di Universitas Thammasat Bangkok. Dia merupakan salah satu dari 40 aktivis yang dituduh melakukan aksi anti monarki sejak November lalu.

Dalam aksinya, terlihat potret raja tersebar di beberapa jalan di Thailand. Sirichai menjadi salah satu orang yang dianggap bertanggung jawab atas kejadian tersebut pada pekan lalu. Rabu 14 Januari Sirichai ditangkap aparat. 

Namun dirinya menolak tuduhan yang dialamatkan kepadanya. "Sirichai membantah semua tuduhan dan akan melawan kasus ini," kata pengacara Hak Asasi Manusia (HAM) Noraset Nanongtoom.

Noraset mengatakan Sirichai dituduh oleh polisi telah menyemprotkan pesan yang menyerukan penghapusan hukum lese majeste, sebuah hukum yang membuat Raja memiliki pengaruh besar, termasuk bebas dari segala tuduhan hukum. Kliennya, menurut Noraset menjadi orang pertama dari pengunjuk rasa yang ditangkap berdasarkan hukum, sementara sekitar 40 lainnya didakwa tapi tidak tangkap.

Lantaran itu Noraset mencurigai kepolisian Bangkok tebang pilih. Tapi hal itu langsung ditepis juru bicara kepolisian Kissana Phathanacharoen. Ia mengatakan polisi sudah bertindak sesuai hukum. “Tidak ada standar ganda,” ujarnya.

Sementara itu, Sekertaris Jenderal Partai Pergerakan Maju, Chaithawat Tulathon mengungkap bahwa mereka akan berusaha untuk mengubah Undang-Undang lese majeste. Janji itu mengingat pendisiplinan pengunjuk rasa dengan penangkapan justru akan memperburuk situasi.

"Penggunaan Pasal 112 dalam situasi saat ini hanya akan memperburuk hubungan antara raja dan rakyat dalam masyarakat demokratis," kata Chaithawat.