India Tolak Penggantian Nama Sejumlah Tempat di Negara Bagian yang Diklaim China
Gandhi Bridge di Jenging, Arunachal Pradesh, India. (Wikimedia Commons/Arunachal Pradesh)

Bagikan:

JAKARTA - India pada Hari Selasa menolak penggantian nama sejumlah tempat oleh di wilayah yang dianggap sebagai negara bagian timurnya, Arunachal Pradesh, tapi diklaim Beijing sebagi bagian dari wilayahnya.

China dan India diketahui berselisih mengenai perbatasan sepanjang 3.800 km (2.360 mil) yang tidak jelas batasnya sejak tahun 1962.

Bentrokan di daerah pegunungan dalam beberapa tahun terakhir, telah membuat hubungan kedua negara yang bertetangga dan sama-sama memiliki persenjataan nuklir ini menjadi tegang.

Perdebatan terbaru dipicu pada Hari Minggu, ketika Kementerian Urusan Sipil Tiongkok mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, mereka telah "membakukan" nama-nama 11 tempat, termasuk lima gunung, di kawasan yang disebut Tiongkok sebagai wilayah Tibet selatan.

Pernyataan tersebut menyertakan sebuah peta yang menunjukkan 11 tempat yang diubah namanya oleh China berada di dalam "Zangnan", atau Tibet selatan dalam bahasa China, dengan Arunachal Pradesh yang termasuk dalam Tibet selatan dan perbatasan China dengan India yang dibatasi di sebelah utara Sungai Brahmaputra.

Menyikapi hal tersebut, India dengan tegas menolak klaim Beijing.

"Arunachal Pradesh adalah, telah dan akan selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan tidak dapat dipisahkan dari India," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi melalui akun Twitternya, melansir Reuters 4 Maret.

Tetapi, seorang juru bicara di Kementerian Luar Negeri China mengatakan, perubahan nama tersebut "sepenuhnya berada dalam lingkup kedaulatan China".

"Wilayah Tibet selatan adalah wilayah China," kata juru bicara Mao Ning dalam sebuah konferensi pers di Beijing pada Hari Selasa.

Diketahui, sedikitnya 24 tentara tewas ketika kedua belah pihak terlibat bentrokan di wilayah Ladakh, di bagian barat perbatasan kedua negara pada tahun 2020. Tetapi, situasi menjadi tenang setelah pembicaraan diplomatik dan militer.

Pada Bulan Desember tahun lalu, pasukan dari kedua belah pihak kembali terlibat bentrokan di sektor Tawang, Arunachal Pradesh.

Sementara, Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar mengatakan bulan lalu, situasi di Ladakh sangat rapuh dan berbahaya, dengan pasukan militer yang dikerahkan sangat dekat satu sama lain di beberapa tempat.