Menlu Lavrov Sebut Barat Coba Adu Domba Rusia dan China, Siap Membalas Tindakan Bermusuhan dengan Keras
Menlu Rusia Sergei Lavrov saat menghadiri KTT G20 di Bali. (Twitter/@mfa_russia)

Bagikan:

JAKARTA - Barat mencoba untuk memecah belah hubungan antara Rusia dan Cina dengan membicarakan hubungan mereka yang tidak setara dan ketergantungan Moskow pada Beijing, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam wawancara yang diterbitkan Hari Selasa.

Dalam wawancara dengan situs berita Argumenty i Fakty tersebut, Menlu Lavrov juga mengatakan, sikap bermusuhan Uni Eropa terhadap Moskow membuat mereka telah "kehilangan" Rusia.

Menlu Lavrov mengatakan, pembicaraan selama 10 jam bulan lalu antara pemimpin Kremlin Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping telah mendorong "kemitraan strategis" antara Moskow dan Beijing, di luar "konteks bilateral yang eksklusif".

Presdein Putin dan Pemimpin Xi menyatakan persahabatan dan menjanjikan hubungan yang lebih erat, termasuk di bidang militer, selama pertemuan puncak 20-21 Maret lalu.

"Secara alamiah kami memiliki rasa setia kawan dan kesiapan untuk saling bahu-membahu membela kepentingan fundamental masing-masing," katanya kepada Argumenty i Fakty, seperti melansir Reuters 4 Maret.

Sebelumnya, China dan Rusia menandatangani perjanjian kemitraan "tanpa batas" pada awal 2022, hanya beberapa minggu sebelum Presiden Putin mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina.

Lebih jauh Menlu Lavrov mengatakan, dugaan adanya hubungan yang tidak setara antara Moskow dan Beijing "telah dibesar-besarkan secara umum oleh negara-negara yang tidak bersahabat" sejak lama.

"Kami melihat ini sebagai upaya untuk membayangi keberhasilan kami, untuk mendorong irisan dalam persahabatan antara Moskow dan Beijing," ujar Menlu Lavrov kepada situs web tersebut.

Ditambahkan olehnya, hubungan Uni Eropa yang buruk dengan Moskow adalah akibat dari dukungan Uni Eropa untuk Ukraina, memasok Kyiv dengan senjata dan instruktur.

"Uni Eropa telah kehilangan Rusia. Namun, itu adalah kesalahannya sendiri. Negara-negara anggota Uni Eropa dan para pemimpin Uni Eropa lah yang secara terbuka menyatakan bahwa perlu untuk memberikan, seperti yang mereka sebut, kekalahan strategis terhadap Rusia," papar Menlu Lavrov.

"Sebagai balasan atas langkah-langkah permusuhan, kami akan bertindak dengan cara yang keras jika perlu, berdasarkan kepentingan nasional Rusia dan prinsip-prinsip timbal balik yang diterima dalam praktik diplomatik," tegasnya.