Sebelum Ditemukan Tewas di Dalam Kamarnya, Personel Samapta Polda Banten Bripda DK Sempat Minum Segelas Air Putih Saat Sahur
Petugas kepolisian memeriksa tempat kejadian perkara (TKP) di rumah Bripda DK/ Foto: IST

Bagikan:

SERANG – Bripda DK, personel Samapta Polda Banten yang tewas dengan senjata SS1 V2 di dalam kamarnya masih menyisakan banyak pertanyaan. Pihak Polda Banten pun hingga kini masih belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai motif dari peristiwa tersebut. Dan sejauh ini, Bripda DK disebut tewas karena bunuh diri.

Masih berdasarkan laporan, tertulis bahwa Bripda DK ditemukan tewas di dalam kamar rumah orang tuanya di Griya Baladika Asri, Jalan Raya Cilegon, Drangong, Serang, Banten, Jumat, 31 Maret, usai sahur.

Marniati, ibu Bripda DK, dalam laporan tertulis dikatakan telah mendengar suara letusan di dalam kamar anaknya. Marniati tak menyangka setelah ia mendatangi sumber suara, ia justru melihat anaknya dalam kondisi tergeletak di lantai bersimbah darah.

Bahkan saat ditemukan, Bripda DK sedang terlentang di lantai. Senjata laras panjang yang diduga digunakannya untuk mengakhiri hidupnya ditemukan di atas kasur dengan kain sprei merah. Lantai penuh darah, Bripda DK terlihat mengenakan kaos berlogo Polri dan Samapta.

Kabid Humas Polda Banten Kombes Didik Hariyanto membenarkan adanya insiden tersebut. Ia mengatakan bahwa korban diduga melakukan bunuh diri.

“Membenarkan bahwa personel Ditsamapta Polda Banten DK (21) tewas di dalam kamar rumahnya. Indikasi awal dari olah TKP korban meninggal karena bunuh diri namun saat ini masih dalam penyelidikan dan menunggu hasil otopsi,” tutupnya.

Kronologis

Malam itu Bripda DK tinggal bersama kedua orangtuanya, Marniati dan Daud. Pada saat sahur tiba, Marniati membangunkan anaknya. Lalu Bripda DK bangun keluar kamar hanya untuk minum air putih. Lalu dia kembali masuk ke dalam kamar. Tak lama kemudian kedua orang tua Bripda DK mendengar suara letusan dari dalam kamar anaknya.

Marniati melihat pemandangan mengerikan. Ia melihat anaknya terbujur di lantai penuh darah. Marniati histeris melihat putranya itu telah tewas. Kemudian ia melaporkan insiden itu ke suaminya, Daud Assari. Selanjutnya melaporkan peristiwa itu ke pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.