Bagikan:

DENPASAR - Setelah Piala Dunia U-20 dipastikan batal, Gubernur Bali I Wayan Koster berbicara soal penolakan kehadiran timnas Israel. Koster menegaskan dirinya tak menolak Piala Dunia U-20.

"Tidak menolak kejuaraan dunia FIFA U-20, melainkan hanya menyampaikan penolakan kehadiran tim Israel bertanding di Bali," kata Koster dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 30 Maret.

Dasar penolakan kehadiran timnas Israel di Bali yakni konstitusi UUD 1945 pada alinea pertama, ‘sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan’

"Prinsip ini dipegang teguh oleh Bung Karno sebagai Bapak Bangsa," tegas Koster.

Kedua, Israel sambung Koster menjajah Palestina yang berarti tidak menghormati kedaulatan dan kemanusiaan bangsa Palestina. Hal ini lagi-lagi ditegaskan Koster tak sesuai garis politik Bung Karno.

Selain itu, Koster mengaku mempertimbangkan pro-kontra keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U-20 yang sebelumnya dijadwalkan digelar di Indonesia.

"Hal ini sangat berpotensi menjadi ancaman dan gangguan keamanan di Bali, baik ancaman bersifat terbuka dan tertutup," ujarnya.

Kehadiran Timnas Israel disebut Koster berpotensi menjadi sasaran amuk sejumlah pihak yang bisa membahayakan keamanan dan keselamatan warga Bali termasuk timnas Israel di Bali.

"Sebagai Gubernur Bali, saya  tidak mentolerir terhadap potensi gangguan keamanan dan keselamatan  masyarakat Bali, yang lebih lanjut akan berdampak luas atas kerja keras semua  pihak selama ini, dalam upaya pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali, sehingga baru bisa pulih dan bangkit kembali pasca Pandemi COVID-19,” jelasnya.

Yang perlu diingat, sambung Koster, Pulau Dewata Bali menjadi pusat spiritual, di mana kedamaian dan kemanusiaan dikedepankan dan dijaga.

"Sebagai pecinta bola, saya sebagai Gubernur Bali sesungguhnya sangat mengharapkan kejuaraan Dunia FIFA U-20 juga dilaksanakan di Bali, namun event ini tidak bisa dipisahkan dari prinsip kemanusiaan, sebagaimana diamanatkan  oleh konstitusi dan Bung Karno," ujarnya.

"Oleh karena itu, saya juga tidak berharap atas  keputusan FIFA yang membatalkan kejuaraan Dunia FIFA U-20 di Indonesia,  meskipun pemerintah pusat telah berupaya keras melakukan komunikasi dengan Presiden FIFA. Saya sangat mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah melakukan upaya keras untuk tetap berlangsungnya  kejuaraan dunia FIFA U-20 di Indonesia tanpa kehadiran tim Israel," papar Koster.

Dalam keterangan tertulisnya, Koster mengatakan penolakan atas keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 merupakan wujud tanggung jawab sebagai gubernur Bali.

"Yang saya pertanggungjawabkan secara niskala-sakala, karena didasarkan pada  hal yang prinsip terkait kemanusiaan, sejarah dan tanggung jawab pergaulan antar  bangsa, dan aspirasi masyarakat ke FIFA," ujarnya.

"Keputusan FIFA yang membatalkan  Indonesia menjadi tuan Rumah kejuaraan dunia FIFA U-20, menjadi pelajaran yang  sangat penting dalam membangun kesadaran bahwa sepak bola Indonesia harus dibangun sebagai bagian supremasi Indonesia dan hal tersebut harus menyeluruh," ujarnya.

"Atas sikap saya sebagai Gubernur Bali menolak kehadiran tim Israel dalam kejuaraan dunia FIFA U-20, mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Bali  yang telah memahami dan mendukung sikap saya, serta mengapresiasi para pihak  yang tidak sependapat atas sikap saya," ujarnya.

"Sebagai Gubernur Bali, saya mengajak  semua komponen masyarakat Bali untuk tetap bersatu-padu, memupuk  kebersamaan untuk menjaga Bali agar tetap kondusif. Sehingga momentum  pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali dapat terus berjalan demi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat Bali. Mari Kita terus dukung bersama

upaya memajukan sepak bola Indonesia dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan keamanan," sambung Koster menutup pernyataan tertulisnya.