Mengungkap Tabir Budaya Misogini di Irlandia yang Tewaskan Ribuan Bayi
Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ribuan bayi dan anak-anak dilaporkan meninggal di 18 rumah ibu dan bayi selama delapan dekade di Irlandia. Rumah tersebut merupakan lembaga yang dikelola oleh gereja dan menjadi tempat wanita yang belum menikah untuk melahirkan bayi secara rahasia, yang seringkali bertentangan dengan keinginan mereka. 

Mengutip CNN, Rabu 13 Januari 2021, Komisi Penyelidikan Rumah Ibu dan Bayi, mengumumkan 9.000 kematian sebagai bagian dari temuan akhir dari penyelidikan hampir enam tahun. Sekitar 56.000 orang, dari anak perempuan berusia 12 tahun hingga wanita berusia 40-an, dikirim ke 18 rumah ibu dan anak. Dari 18 rumah yang juga tengah diselidiki itu, merupakan tempat sekitar 57.000 anak dilahirkan.

Sebelum 1960, rumah ibu dan bayi itu tidak menyelamatkan nyawa anak-anak yang dianggap hasil dari hubungan tidak sah. Namun tampaknya secara signifikan mereka mengurangi prospek kelangsungan hidup bayi yang baru lahir. Laporan tersebut juga menyebut angka kematian bayi sebagai "hal yang paling meresahkan."

Berbicara pada Selasa 12 Januari 2021, Perdana Menteri (PM) Irlandia Micheál Martin mengatakan laporan itu membuka tabir hitam budaya misoginis yang dalam di Irlandia selama beberapa dekade. Laporan itu juga seperti mengungkapkan kegagalan signifikan negara dan masyarakat.

Laporan setebal 2.800 halaman itu dirilis hanya beberapa hari setelah temuan utamanya bocor ke surat kabar nasional. Susan Lohan, salah satu pendiri Adoption Rights Alliance dan anggota kelompok penyintas khusus yang ditunjuk untuk memberi nasihat kepada pemerintah, mengatakan kutipan yang bocor dari laporan tersebut, menunjukkan pemerintah Irlandia mungkin mencari cara untuk "meremehkan" pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dalam skala besar di dalam rumah-rumah ini.

Philomena Lee, salah seorang penyintas dari rumah ibu dan anak, menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari putra yang terpaksa dia serahkan untuk diadopsi. Dia telah menunggu puluhan tahun untuk momen ketika Irlandia mengungkapkan bagaimana puluhan ribu ibu yang belum menikah dan puluhan ribu anak yang mereka kasihi, tercabik-cabik hanya karena tidak menikah pada saat melahirkan. 

Selama berada di rumah ibu dan bayi di Biara Sean Ross, Lee mengatakan bahwa kebebasan, kemandirian, dan otonominya dirampas. Dia harus tunduk pada "tirani para biarawati" yang mengatakan bahwa para ibu di sana harus menebus dosa dengan "bekerja untuk kita dan menyerahkan anak-anak kepada para biarawati untuk diadopsi."

Lee, yang kisah hidupnya dijadikan film nominasi Oscar yang dibintangi Judi Dench, menambahkan bahwa dia menjadi bulan-bulanan para biarawati selama persalinan. Para biarawati mengatakan kepadanya bahwa "rasa sakit itu adalah hukuman atas pergaulan bebas."

Upaya permohonan maaf

Atas masalah tersebut, Pemerintah Irlandia merencanakan untuk menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa tersebut. Namun Susan Lohan salah satu pendiri Adoption Rights Alliance, tidak setuju dengan langkah itu. Kata dia permintaan maaf tidak boleh disampaikan sampai para penyintas memiliki kesempatan untuk membaca dan mencerna laporan panjang itu. 

Hal tersebut bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu. Para penyintas diperkirakan menerima permintaan maaf resmi Negara dari PM Irlandia pada Rabu 13 Januari waktu setempat. 

Meski demikian, laporan itu tidak membahas kesaksian beberapa orang yang selamat yang mengatakan bahwa anggota senior Gereja Katolik memaksa mereka untuk masuk ke rumah ibu dan anak. Anggota keluarga merekalah yang mengirim mereka ke tempat itu.

"Tidak ada bukti bahwa perempuan dipaksa untuk memasuki rumah ibu dan bayi oleh gereja atau otoritas negara. Kebanyakan perempuan tidak punya alternatif lain," kata laporan itu. 

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Uskup Agung Eamon Martin, dia berkata: "Saya menerima bahwa Gereja jelas merupakan bagian dari budaya di mana orang-orang sering distigmatisasi, dihakimi dan ditolak." Dia meminta maaf kepada para penyintas dan mereka yang terkena dampak atas "luka berkepanjangan dan tekanan emosional yang diakibatkannya."