JAKARTA – Awal tahun ini organisasi regional Uni Eropa memberikan respon positif atas tersendatnya ekspor produk sawit Indonesia, khususnya minyak sawit (CPO). Melalui Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket, persekutuan negara-negara benua biru itu secara tegas akan segera membuka kran impor CPO dalam waktu dekat.
“Kami akan terus mendiskusikan hal ini untuk mencapai win-win solution,” ungkapnya dalam sebuah webinar, Rabu, 13 Januari.
Vincent menambahkan, pihaknya telah membentuk semacam kelompok kerja yang secara khusus mencari solusi untuk menangkal isu-isu keberlanjutan yang selama ini menjadi batu sandungan produk sawit Indonesia.
“Kami berharap paling lambat akhir bulan ini semua masalah dapat terselesaikan,” tuturnya.
BACA JUGA:
Dalam catatan Vincent, dalam waktu hampir satu tahun belakangan, ekspor produk sawit nasional terus meningkat dengan persentase 27 persen dari sebelumnya.
Untuk diketahui, persoalan sawit di Eropa menjadi masalah klasik yang terus berlarut. Uni Eropa memandang Indonesia belum memenuhi sejumlah syarat produksi yang berkaitan dengan isu lingkungan. Dua produsen sawit dunia yaitu Indonesia dan Malaysia sama-sama terganjal permasalahan ini dan mengajukan gugatan terhadap Uni Eropa melalui organisasi perdagangan dunia WTO.
Pada Desember 2019, Indonesia pertama kali mengajukan gugatan ke WTO dengan alasan bahwa pembatasan biofuel berbasis sawit. Kala itu, negara ini mengajukan sekitar 108 materi pertanyaan gugatan terkait kebijakan pembatasan CPO.