Mentan Syahrul Ajak Pengrajin Tahu-Tempe Gunakan Kedelai Lokal: Produk Kita Pendek-Pendek dan Manis
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat mengunjungi pengrajin tempe-tahu di Kalideres, Jakarta Barat. (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengunjungi pengrajin tahu tempe dan sekaligus melakukan gerakan stabilisasi pasokan dan harga pasar kedelai. Belakangan ini harga kedelai impor melonjak hingga menembus Rp9.500 per kilogram (kg). Karena itu, Syahrul mengajak pengrajin tahu tempe untuk menggunakan kedelai lokal.

Menurut Syahrul, kualitas kedelai lokal jauh lebih bagus dibanding kedelai impor. Guna memenuhi pasokan kedelai secara nasional, dirinya di tahun 2021 ini memfokuskan program peningkatan produksi kedelai.

"Kami siapkan pasokan kedelai lokal, produksi kita genjot. Kedelai kita pendek-pendek, manis dan disukai masyarakat sehingga ke depan (kita) dorong budidayanya," katanya, saat ditemui di Komplek PIK KOPTI, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis, 7 Desember.

Menurut Syahrul, hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk penuhi kebutuhan pengrajin tahu tempe. "Kita carikan jalan keluarnya agar harga tahu tempe dengan kedelai lokal harganya terjangkau," tuturnya.

Saat mengunjungi salah satu pengrajin tempe, Syahrul sempat menanyakan jenis kedelai yang digunakan untuk produksi tahu tempe di tempat tersebut.

"Ini bahan bakunya pembuatan tempe tahunya dari mana? Impor?," tanya Syahrul.

Mendengar pertanyaan tersebut, pengrajin tahu tempe membenarkan hal tersebut. Kemudian, Syahrul kembali bertanya apakah pengrajin mau menggunakan kedelai lokal untuk bahan baku pembuatan tahu tempe.

"Bapak lebih suka impor atau lokal? Kalau saya siapin, Bapak pakai ya? Harus pakai lokal, jangan impor," kata Syahrul.

Pengrajin tahu tempe tersebut menyanggupi permintaan Syahrul. Sebab, katanya, tahu dengan bahan dasar kedelai lokal lebih gurih dan disukai ketimbang kedelai impor.

Seperti diketahui, melonjaknya harga kedelai impor sempat membuat pengrajin tahu dan tempe memutuskan untuk berhenti melakukan penjualan selama 3 hari, mulai tanggal 1 Januari kemarin hingga 3 Januari. Akibatnya, pasokan tempe dan tahu menjadi sangat langka di lapangan.

Langkah itu mau tidak mau menjadi opsi terakhir bagi pengrajin karena hingga kini harga kedelai terus melonjak tajam. Harga kedelai bisa terus naik setiap harinya. Kondisi itu menyulitkan bagi pengrajin, karena kenaikannya sudah tidak lagi wajar sebab menyentuh angka Rp9.500 dari Rp6.000.