Mentan Syahrul Gelar Operasi Pasar, Harga Kedelai Dipatok Rp8.500 per Kilogram 100 Hari ke Depan
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat mengunjungi pengrajin tempe-tahu di Kalideres, Jakarta Barat. (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) dan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) melakukan operasi pasar kedelai. Operasi ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan dan harga kedelai di dalam negeri.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, harga kedelai dipatok Rp8.500 per kilogram khusus untuk para pengrajin tempe tahu. Diupayakan harga tersebut bisa bertahan 100 hari ke depan.

Sebagai informasi, harga kedelai impor sebelum melonjak berada di kisaran Rp6.000 hingga Rp7.000 per kg, setelah adanya kenaikan menjadi Rp9.100 hingga Rp9.500 per kg

"Gabungan pengusaha tempe tahu langsung bisa link untuk mendapatkan kedelai dengan harga terjangkau. Ini menjadi agenda SOS atau darurat kita untuk pulihkan kondisi kedelai," tuturnya, saat ditemui di Komplek PIK KOPTI, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis, 7 Desember.

Adapun dalam operasi pasar ini, kedelai tidak berasal dari gudang Kementan, tapi milik para importir. Pada Selasa, 5 Januari 2020, diadakan pertemuan antara Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) dan Gabungan Koperasi Tahu Tempe (Gakoptindo) untuk membahas masalah kenaikan harga kedelai ini.

Hasilnya, para importir sepakat untuk menjual kedelai kepada para pengrajin dengan harga Rp8.500 per kg. Ada sejumlah importir yang nantinya terlibat dalam operasi pasar. Tapi khusus hari ini, importir yang terlibat adalah PT FKS Multi Agro Tbk.

Syahrul mengatakan, harga Rp8.500 sudah memberikan margin bagi para importir dan akan meringankan beban para produsen tempe dan tahu. Ia berharap, dengan harga yang lebih rendah itu, beban para pengrajin tempe tahu lebih ringan dalam proses produksi.

Di samping itu, Syahrul mengklaim, pasokan kedelai sejatinya tidak pernah dikeluhkan oleh para pengrajin. Ia berujar, para pengrajin hanya mengeluhkan harga kedelai yang kian naik. Sehingga memaksa produk tempe tahu juga harus menaikkan harga di tingkat konsumen.

"Kondisi harga sudah Rp8.500, ini sudah ada margin yang cukup untuk bisa kita intervensi. Minimal pasokan kedelai tidak terganggu dan terima kasih importir kita dengan apa yang ada mereka memberikan respon yang cepat," ujarnya.

Seperti diketahui, melonjaknya harga kedelai impor sempat membuat pengrajin tahu dan tempe memutuskan untuk berhenti melakukan penjualan selama 3 hari, mulai tanggal 1 Januari kemarin hingga 3 Januari. Akibatnya, pasokan tempe dan tahu menjadi sangat langka di lapangan.

Langkah itu mau tidak mau menjadi opsi terakhir bagi pengrajin karena hingga kini harga kedelai terus melonjak tajam. Harga kedelai bisa terus naik setiap harinya. Kondisi itu menyulitkan bagi pengrajin, karena kenaikannya sudah tidak lagi wajar.