JAKARTA - Bakti Kominfo bersama dengan DPR RI mengadakan “Seminar Merajut Nusantara” dengan membawa tema bahasan mengenai “Literasi Digital di Era 4.0” pada Kamis 16 Maret.
Seminar yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta ini dilaksanakan secara online dengan durasi waktu dua jam mulai dari pukul 09.30 WIB. Seminar ini dihadiri oleh tiga pembicara yaitu, Mukhlis Basri yang menjabat sebagai Anggota Komisi 1 DPR RI, Yuliandre Darwis yang merupakan Ketua Dewan Pakar ISKI, dan Hendri Yanzi, Wakil Dekan FKIP Universitas Lampung. Berjalannya seminar ini ditemani oleh M. Rafli Akbar selaku moderator dalam diskusi.
Dalam pemaparannya, Mukhlis Basri sebagai anggota Komisi I DPR menyampaikan bahwa, Bakti Nusantara adalah kegiatan yang digagas oleh Kominfo untuk memberi pelayanan internet bagi daerah-daerah pelosok di Indonesia. Kominfo membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia.
Berkaitan dengan literasi digital di Era industri 4.0, ini sangatlah penting dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia utamanya bagi para pemuda. Para pemudalah yang nantinya akan berdiri meneruskan kepemimpinan bangsa ini ke depannya. Maka dari itu peran pemuda sangatlah besar dan negara menaruh harapan besar kepada para pemuda sebagai calon-calon pemimpin ke depannya yang cakap teknologi digital.
Dari 256,2 juta rakyat Indonesia, lebih dari setengah populasinya sebanyak 132,7 juta orangnya adalah para pengguna internet. Literasi digital sangat penting untuk meningkatkan kecakapan dan keterampilan sumber daya manusia yang ada sehingga bisa membangun negara menjadi lebih baik. Literasi penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang kritis, inisiatif, dan kreatif, mampu memahami informasi dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk pengembangan Indonesia.
Pada sesi pemateri kedua yang diisi oleh Yuliandre Darwis yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar ISKI menyampaikan bahwa, Bakti memiliki tugas mulia untuk memajukan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Peningkatan penetrasi internet (persentase orang di suatu negara yang menggunakan internet) menjadi hal penting dan tujuan utama BAKTI Kominfo dalam memberi pelayanan infrastruktur telekomunikasi hingga penjuru Indonesia.
Berdasarkan data dari GWI United Kingdom 2022, media sosial memiliki daya tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan TV konvensional. Media sosial mencapai angka 148 menit per hari, dan ini menunjukkan bahwa media sosial adalah media informasi yang paling digemari dan digunakan oleh masyarakat, dan data ini terus meningkat setiap harinya. Data ini bukan hanya meliputi data konsumsi media sosial di Indonesia saja, namun juga di seluruh negara dunia.
Sebagian besar orang menggunakan dan memanfaatkan internet adalah untuk tujuan menjalin komunikasi antar keluarga, utamanya ketika masa pandemi COVID-19 melanda dunia. Di samping itu, media sosial juga menjadi jalan untuk mencari berbagai informasi yang tak terbatas sehingga hal ini juga menimbulkan potensi terjadinya ancaman, seperti peretasan (cyber crime), phising, dan carding. Pada April 2022, tercatat bahwa terdapat 100 juta kejahatan siber yang terjadi di Indonesia, data ini didapatkan dari data BSSN 2022.
Cara yang dapat dilakukan sebagai upaya antisipasi kejahatan siber adalah dengan meningkatkan literasi digital. Segmentasi literasi digital indonesia diantaranya, budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethics), kecakapan digital (digital skill), dan keamanan digital (digital safety). Dari semua aspek ini, literasi budaya digital menjadi yang paling tinggi diantara lainnya.
Pemerintah telah menetapkan UU data pribadi untuk melindungi masyarakat dari kejahatan siber. Kemajuan teknologi digital haruslah dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pekerjaan dan menambah produktivitas. Manfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin dan menjaga data pribadi adalah hal yang penting di dunia digital.
Henri Yanzi, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Universitas Lampung menyampaikan bahasan mengenai Literasi Digital di Era Industry 4.0 pada sesi pamateri ketiga. Beliau menyampaikan bahwa literasi digital sangat penting bagi seluruh masyarakat untuk dapat menghadapi era industri 4.0 yang saat ini sudah berjalan menuju society 5.0. Perlu dilakukannya analisis dan kajian mengenai literasi digital sebagai solusi dari berbagai akibat yang timbul karena perkembangan teknologi pada era industri 4.0.
BACA JUGA:
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan anugerah sekaligus tantangan yang harus dihadapi. BAKTI Kominfo merupakan salah satu upaya untuk menghadapi tantangan dimana akses internet masih menjadi keterbatasan bagi daerah pelosok di Indonesia. Pembangunan fasilitas ini harus diikuti dengan mengembangkan pemikiran (cara pandang) terhadap teknologi, keterampilan dalam mengoperasikannya, dan yang terpenting adalah tetap beretika yang baik.
Literasi digital haruslah menjadikan kita dapat berlaku bijak dengan teknologi. Yang dikatakan melek teknologi bukan hanya mampu mengoperasikan perangkat komputer atau internet, namun juga harus dapat menggunakannya untuk kemaslahatan. Semua orang mengetahui literasi digital, tapi tidak semua orang cakap dan bijak menggunakannya. Hal ini ditandai dengan fakta banyaknya kejahatan teknologi.
Segala informasi yang didapatkan dari teknologi digital, haruslah divalidasi kebenarannya terlebih dahulu. Kebanyakan orang hanya menyebarkan segala informasi yang didapatkannya tanpa mencari tahu kebenaran informasi tersebut, ini yang dimaksud tidak cakap dan bijak teknologi. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai seseorang cakap dalam literasi digital adalah ketika teknologi dapat menjadikan suatu kegiatan menjadi lebih praktis, kritis dalam berbagai keadaan yang ada, keamanan data tetap terjaga, budaya sosial tidak terkikis, dan dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat kolaborasi.
Informasi yang terus mengalir tanpa henti juga dapat menjadi tantangan karena dapat membuat seseorang tersesat dan hanyut dalam informasi yang belum tentu kebenarannya. Di sinilah peran watak yang baik diperlukan, bukan hanya paham penggunaan teknologi saja.
Perkembangan teknologi dapat bermanfaat (maslahat) dapat juga membunuh jika tidak dikendalikan dengan baik. Seharusnya teknologi dapat menjadi alat untuk mempermudah pekerjaan, membuat lebih terampil, kritis, inovatif, dan bijak dalam penggunaannya yang dapat dilakukan dengan merubah paradigma (cara pandang) terhadap teknologi digital.