Pemkot Mataram Terapkan Kebijakan Fasilitasi Anak <i>Down Syndrome</i> di Setiap Sekolah
Anak Berkebutuhan Khusus saat belajar di sekolah Semarang (ANTARA)

Bagikan:

MATARAM - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat membuat kebijakan, baik di tingkat SD maupun SMP, wajib memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk anak dengan "down syndrome" untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram Yusuf Zain di Mataram, Jumat, mengatakan kebijakan itu sebagai salah satu bentuk perhatian kita terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK).

"Dari data yang ada, kita bisa katakan 1-2 orang ABK ada di setiap sekolah se-Kota Mataram membaur dengan siswa normal lainnya," katanya.

Pernyataan itu disampaikan terkait dengan peringatan hari "down syndrome" Internasional yang dirayakan setiap 21 Maret.

Hanya saja, di Kota Mataram sekolah yang banyak menjadi tujuan anak berkebutuhan khusus antara lain di SDN 20 dan SDN 40 Mataram, sedangkan tingkat SMP biasanya di SMPN 4 dan SMPN 7 Mataram.

"Orang tua anak berkebutuhan khusus banyak memilih sekolah tersebut, karena di sekolah itu sudah ada guru yang dilatih bagaimana mengajar, mendampingi, dan membina ABK di lingkungan sekolah," katanya.

Di sekolah tersebut, anak-anak berkebutuhan khusus membaur belajar bersama dengan siswa normal lainnya untuk memberikan layanan terbaik bagi peserta didik.

"Untuk menghindari perundungan, peran sekolah dan guru terus hadir dan bertanggung jawab memberikan edukasi kepada peserta didik agar tidak terjadi 'bullying'," katanya.

Di sisi lain, untuk mendukung agar sekolah-sekolah lain dapat melaksanakan pendidikan terhadap ABK, Disdik Kota Mataram telah melaksanakan pelatihan peningkatan kompetensi guru bagaimana memodifikasi secara khusus berbagai bentuk pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Termasuk untuk menggali bakat dan prestasi ABK dalam berbagai bidang termasuk olahraga sesuai dengan era merdeka belajar.

"Untuk pelatihan peningkatan kompetensi guru khususnya untuk ABK, kita datangkan pelatih dari tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat," katanya.

Harapannya, ke depan setidaknya setiap guru pada semua tingkatan sekolah di Kota Mataram memiliki kemampuan khusus mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus.

"Apalagi anak berkebutuhan khusus ini memiliki banyak jenis, sehingga dibutuhkan pola pelatihan kompetensi yang berbeda-beda," katanya.*