Rela Tinggalkan Anak-Istri, Relawan Penyelam Berangkat dari Makassar Demi Bantu Cari Sriwijaya Air SJ-182
Makmur Ajie Panangean (54 tahun), penyelam asal Makassar yang jadi relawan pencarian Sriwijaya Air SJ-182 (Diah Ayu/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Makmur Ajie Panangean (54 tahun) bergegas menyiapkan diri berangkat ke Jakarta ketika mendengar kabar pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Berbekal pengalaman menyelam pada organisasi Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI), Ajie berangkat dari Makassar dan mendaftarkan diri sebagai relawan penyelam di Posko Terpadu JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, bersama beberapa rekan penyelam lainnya.

"Begitu mendengar kabar ini, kita sudah siap. Karena memang kita sudah tim, kejadian kemarin-kemarin saya selalu hadir untuk mewakafkan untuk membantu. Itu jiwa kami, daripada untuk senang-senang, lebih baik skill ini kita pakai supaya bisa berguna buat sesama," kata Adji saat ditemui di Posko Terpadu JICT II, Selasa, 12 Januari.

Saat ditemui di dalam tenda POSSI yang berada di area Posko JICT II, Ajie tengah mengobrol bersama rekannya yang lain. Ia menunggu giliran penugasan dari Basarnas untuk naik ke kapal menuju lokasi pencarian korban dan material Sriwijaya Air SJ-182.

Ketika diminta untuk bersiap, Ajie mengaku akan menyiagakan peralatan selam seperti tabung oksigen dan semacamnya. Tak ada beban yang ia bawa sejak berangkat dari Makassar. Sebab, Aji telah mendapat restu dari keluarga demi misi kemanusiaan.

"Anak dan istri sudah memberi izin untuk support. Jadi, kita pamit kepada keluarga karena kita terpanggil untuk ini. Motivasinya untuk memanfaatkan ilmu yang ada pada kita untuk kemanusiaan," tutur dia.

Ajie telah menggeluti kegiatan menyelam sejak 12 tahun yang lalu. Sehari-hari, ia bekerja sebagai instruktur selam. Meski telah terjun di dunia penyelaman sejak lama, Ajie mengaku sempat ada rasa kekhawatiran saat mendaftarkan diri untuk ikut sebagai tim penyelam pencarian Sriwijaya Air SJ-182.

Posko relawan penyelam pencarian Sriwijaya Air SJ-182 di JICT2 Jakarta

"Rasa khawatir itu wajar terjadi di dalam diri setiap penyelam, karena kan kita masuk di dunia lain. Dunia yang sangat berbeda, dunia yang kita tidak tahu ada apa di bawah sana. Jadi, kita percayakan kepada Tuhan, kita percaya kita seperti ketuk pintu masuk ke rumah orang," ungkap Ajie.

Namun, hal itu tidak mengurungkan niat Ajie untuk membantu tim SAR mencari korban hingga black box pesawat yang jatuh pada Sabtu, 9 Januari tersebut. Ajie mengaku siap berangkat pada esok hari.

"Rencananya besok. Sebenarnya tadi informasinya hari ini berangkat, kita sudah siapin semua, segala perlengkapan tapi ada informasi bahwa ada trouble kapal yang kita mau naiki, jadi kita tunggu kabar saja," imbuh dia.