DVI Polri Kesulitan Identifikasi Korban Sriwijaya Air SJ-182, Ini Penyebabnya!
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus (VOI/Diah Ayu Wardani)

Bagikan:

JAKARTA - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyebutkan, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri memiliki kendala dalam pengidentifikasian korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan DNA potongan tubuh yang ditemukan oleh tim SAR.

Kata Yusri, pihak keluarga yang hadir ke posko ante mortem harus memiliki hubungan darah dengan korban penumpang Sriwijaya Air SJ-182 agar pengidentifikasian DNA mudah dilakukan.

"Pembandingnya adalah orang yang terdekat, yang satu garus lurus atau sedarah untuk mengecek DNA-nya. Misalnya, bapak, ibunya, atau anaknya. Jadi, suami sama istri penumpang tidak bisa," kata Yusri di Posko JICT II, Jakarta Utara, Minggu, 10 Januari.

Yusri menyebut, sejauh ini baru ada 12 keluarga korban yang datang. Namun, kebanyakan keluarga yang datang tidak memiliki hubungan darah dengan penumpang Sriwijaya SJ-182.

"Dari kedua belas yang datang sejak semalam adalah pamannya, keponakannya, tetangganya. Itu tidak bisa. Sebab, pembanding itu agar kita bisa mengetahui ini body part siapa, ini body part siapa," ungkapnya.

 

Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari, pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.