PALEMBANG - Seorang warga Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan, Rion Yogatama (30) menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu.
Istri Rion Yogatama, Vivi, mengatakan suaminya itu semula berangkat ke Jakarta pada Jumat, 8 Januari dengan maskapai Batik Air. Rion kemudian menginap satu malam lalu melanjutkan perjalanan ke Pontianak.
"Terakhir saya kontak dengan dia pukul 12.30 WIB, bilangnya berangkat ke sana (Pontianak) pukul 15.00 WIB," ujar Vivi dikutip dari Antara, Minggu, 10 Januari.
Dia sempat bertanya ke rekan suaminya di Pontianak mengenai perkiraan jadwal pesawat mendarat karena WhatsApp dan telepon Rion tidak dapat dihubungi.
Vivi kemudian mencoba menghubungi rekan suaminya tersebut ketika mendengar kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu untuk memastikan pesawat yang ditumpangi suaminya.
Namun hingga kini ia belum menerima informasi apa pun terkait kondisi suaminya.
Vivi juga menjelaskan, semula suaminya tidak berencana naik Sriwijaya Air karena tiket yang dibeli tertera rute Lubuklinggau-Jakarta-transit Pontianak menggunakan Maskapai Nam Air berangkat pukul 07.00 WIB, Sabtu, 9 Januari.
"Dia dialihkan dari Nam ke Sriwijaya, jadwal berangkat pukul 13.00 WIB," kata dia.
Vivi tetap berharap ada kabar baik terkait kondisi suaminya dan meminta masyarakat ikut mendoakan semua korban.
Rion diketahui berangkat ke Pontianak untuk memenuhi panggilan kerja, sebelumnya korban bekerja di bidang pembangunan tower jaringan dari Aceh, Bali hingga Papua.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jenis Boeing 737 524 jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Umur pesawat rute Jakarta-Pontianak itu sudah 25 tahun.
“Kalau pertanyaan umur pesawat, pertama jenis pesawat Boeing 737-524, umur pesawat dibuat 1994, kurang lebih 25-26 tahun. Jadi berapa pun umurnnya kalau pesawat itu dirawat sesuai regulasi yang berlaku dalam hal ini Dirjen Perhubungan Udara harusnya tidak ada masalah. Kami sedang mengumpulkan data data mengenai pesawat,” kata Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, Sabtu, 9 Januari malam.
BACA JUGA:
Sementara itu, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena mengatakan pesawat dengan kode penerbangan SJ-182 yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu dalam kondisi sehat dan tak bermasalah.
"Kalau kondisi pesawat dalam keadaan sehat, sebelumnya pulang pergi ke Pontianak dan harusnya tidak ada masalah. Laporan dari maintanance semuanya lancar," kata Jefferson dalam dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten yang disiarkan di KompasTV, Sabtu, 9 Januari.
Dia juga menyebut penundaan atau delay yang terjadi selama 30 menit sebelum penerbangan, bukan disebabkan adanya kerusakan mesin pesawat. Penundaan ini terjadi akibat adanya cuaca buruk di rute penerbangan yang akan dilalui.
"Delay akibat hujan deras. Makanya kemudian ada sebelum boarding," tegasnya.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 take off dari Bandara Soekarno-Hatta, pukul 14.36 WIB, Sabtu, 9 Januari. Satu menit kemudian pesawat tujuan Pontianak berada di ketinggian 1.700 kaki dan diizinkan naik ke ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti standar instrumen.
“Pukul 14.40 Sriwijaya tidak ke arah 075 derajat melainkan ke barat laut, oleh karenanya ditanya ATC untuk melaporkan arah pesawat. Tidak lama kemudian, dalam hitungan seconds, SJY 182 hilang dari radar,” kata Menhub Budi Karya Sumadi, Sabtu, 9 Januari.
Ada 62 orang penumpang termasuk kru pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Dari total penumpang itu, ada 7 anak-anak dan 3 bayi.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sempat tertunda (delay) keberangkatannya selama 30 menit. Alasannya hujan deras mengguyur.