Bagikan:

JAKARTA - Operasi besar-besaran pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih dilakukan. Tim gabungan dari Basarnas, Polri, TNI dan pihak berwenang lainnya masih menyisir Pulau Lancang dan Pulai Laki diduga lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.

Namun DPR sudah mengeluarkan statement bakal memanggil Kementerian Perhubungan atas kejadian ini. Pernyataan ini disampaikan Wakil Ketua Komisi V DPR RI Syarief Abdullah Alkadrie mengatakan Komisi V DPR akan segera memanggil Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk meminta penjelasan terkait peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu.

"Kami akan undang dan panggil Kemenhub sebagai pemegang regulasi, otoritas penerbangan dan perusahaan untuk menanyakan peristiwa tersebut," kata Syarief kepada Antara, Sabtu, 9 Januari malam. Dia menjelaskan, DPR baru memulai Masa Persidangan III Tahun Sidang 2020-2021 pada Senin, 11 Januari. Karenanya, agenda Rapat Kerja dengan Kemenhub, otoritas penerbangan, dan perusahaan penerbangan akan dilakukan setelah pembukaan masa sidang.

Syarief menilai, Raker tersebut sangat urgen untuk segera dilakukan karena banyak berita yang simpang siur terkait musibah jatunya pesawat Sriwijaya Air tersebut.

"Ada yang katakan pesawat tersebut sudah rusak sejak terbang dari Makassar, diperbaiki lalu terbang lagi ke Jakarta, kemudian ke Pontianak dan akhirnya terjadi kecelakaan," ujarnya.

Menurut dia, Komisi V DPR juga ingin mengetahui apakah kecelakaan tersebut berkaitan dengan kesalahan manusia ("human error") atau karena masalah mesin pesawat ("trouble engine").

Politikus Partai NasDem itu tidak menampik adanya persoalan di internal Sriwijaya sehingga pengawasan penerbangan tidak maksimal dari maskapai yang misalnya menyebabkan komponen terkait syarat-syarat penerbangan tidak bisa dipenuhi.

"Kita tahu di internal Sriwijaya ada persoalan sehingga pengawasan tidak maksimal dari maskapai bahkan dulu beberapa komponen terkait syarat penerbangan di hari-hari tertentu tidak bisa dipenuhi misalnya jumlah pegawai dikurangi. Itu laporan yang masuk kepada kami sehingga akan kami minta keterangan dari Kemenhub," katanya.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 take off pukul 14.36 WIB, Sabtu, 9 Januari. Satu menit kemudian pesawat berada di ketinggian 1.700 kaki dan diizinkan naik ke ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti standar instrumen

“Pukul 14.40 Sriwijaya tidak ke arah 075 derajat melainkan ke barat laut, oleh karenanya ditanya ATC untuk melaporkan arah pesawat. Tidak lama kemudian, dalam hitungan seconds, SJY 182 hilang dari radar,” kata Menhub Budi Karya Sumadi, Sabtu, 9 Januari.

Ada 62 orang penumpang termasuk kru pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Dari total penumpang itu, ada 7 anak-anak dan 3 bayi. Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sempat tertunda (delay) keberangkatannya. Alasannya hujan deras mengguyur.

Serpihan Pesawat

Kantong hitam temuan diduga terkait pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dibuka tim gabungan Basarnas dan pihak terkait termasuk Polri. Tampak ada serpihan dan kabel-kabel.

“Yang tadi sore diinformasikan sebagai yang diduga bagian dari serpihan debris pesawat kami bawa ke sini dibawa oleh salah satu sea rider Basarnas dan nanti akan kita informasikan dengan KNKT dan akan dikoordinasikan dengan DVI,” kata Kabasarnas Marsekal Madya Bagus Puruhito dalam wawancara yang disiarkan Metro TV, Minggu, 10 Januari dini hari. 

Temuan ini dilaporkan oleh Pospol di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Lokasi ini menjadi titik koordinat pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak hilang kontak.

“Kita tidak bisa berandai-andai (barang temuan) tetap menunggu KNKT dan DVI dan kami hubungi teknisi Sriwijaya,” kata Bagus. 

Dari gambar terlihat serpihan warna biru juga kabel-kabel. Ada bagian temuan yang dimasukkan ke dalam kantong jenazah warna oranye. Tapi belum ada informasi lanjutan dari lokasi Posko JICT2, Tanjung Priok, Jakarta Utara