JAKARTA - Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Rasman menyebut ada dua kapal tim SAR pencarian Sriwijaya Air SJ-182 yang berbenturan pagi ini. Kapal tersebut adalah milik Basarnas dan milik Kementerian Perhubungan.
"Memang tadi subuh atau dini hari memang ada benturan. Benturan saja antara kapal Basarnas dengan kapal Kementerian Perhubungan (Direktorat Jenderal Perhubungan) Laut," kata Rasman kepada wartawan, Selasa, 19 Januari.
Kata Rasman, cuaca pada hari ini di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 memang sedang tidak bagus. Kapal-kapal pencarian sedikit menepi dan menurunkan atau lego jangkar. Namun, kapal milik Basarnas dan Kemenhub berada berdekatan, sehingga mengalami bentrokan saat lego jangkar.
"Karena cuaca yang kurang bagus, arusnya kencang juga. Pada saat lego jangkar tidak terkontrol, terlalu berdekatan, sehingga mengalami benturan. Itu saja," jelas Rasman.
Meski ada sedikit bekas kerusakan kapal akibat mengalami benturan, Rasman menyebut kedua kapal tersebut masih bisa difungsikan untuk melakukan pencarian.
"Kapal itu masih ada di tengah laut. Benturan tidak mengganggu operasional," pungkasnya.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, dalam pencarian hari ini, operasi pencarian korban dan material pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pagi ini terkendala akibat cuaca yang tidak bersahabat.
Angin kencang di sekitar perairan Kepulauan Seribu mengakibatkan munculnya gelombang tinggi. Sehingga, menyulitkan tim SAR melakukan pencarian.
Rencananya, tim SAR gabungan masih melakukan pencarian terhadap korban pesawat, bagian mesin pesawat, serta black box dengan jenis cockpit voice recorder (CVR).
Kemarin, tim SAR menemukan cangkang (casing) black box CVR. Namun, casing tersebut terlepas dari material inti yang bisa membongkar penyebab jatuhnya pesawat, yakni bagian memori.
Sampai saat ini, total temuan pencarian Sriwijaya Air SJ-182 sebanyak 310 kantong jenazah berisi bagian tubuh atau body parts. Kemudian, material pesawat sebanyak 115, dengan rincian 60 kantong kecil yang berisi serpihan pesawat dan 55 potongan besar pesawat. Lalu, satu black box dengan jenis flight data recorder (FDR).