Bagikan:

JAKARTA - Tambah lagi bencana selain masa pandemi yang belum usai di awal tahun 2021, yakni jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu.

Roda pesawat Sriwijaya Air SJ-182 meninggalkan landasan Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu, 9 Januari pukul 14.36 WIB. Empat menit kemudian, semua berubah. 

Pukul 14.36 WIB, Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. Pukul 14.37 WIB, Boeing B737-500 ini berada di ketinggian 1.700 kaki. Dan masih diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki.

Pukul 14.40 WIB menjadi dimulainya tragedi. Pesawat Sriwijaya Air dengan bentang sayap 28,9 meter ini tidak bergerak ke arah 0,75 derajat. Malah ke arah Barat Laut. ATC diminta untuk melaporkan arah pesawat.

Sriwijaya Air SJ-182 tiba-tiba kehilangan kontak dengan menara pengawas. Inilah empat menit terpenting dari tragedi jatuhnya Sriwjaya Air SJ-182. 

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan tak ada sinyal darurat yang dipancarkan oleh Emergency Locator Transmitter (ELT) dari pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Tak adanya pemancaran sinyal ini menimbulkan pertanyaan dan akan dilakukan pengecekan. 

"Ketika pesawat lost contact di Puskodal kita di atas (ELT, red) itu akan memancarkan sinyal. Itu menandakan terjadi crash terhadap pesawat tersebut. Tapi ini tidak memancarkan," kata Deputi Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas Mayjen TNI Bambang Suryo Aji.

Infografis Sriwijaya Air SJ-182 Jatuh (VOI)

Kabar perihal hilangnya pesawat ini, sambung Bambang, justru diperoleh dari AirNav. "Justru kami mendapat informasi dari AirNav terjadi lost contact jam sekian jam sekian," ungkap dia.

Basarnas sudah bergerak di area diduga lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu. Pesawat diduga jatuh di perairan antara Pulau Lancang dan Pulau Laki. 

“Maksimal kedalaman di Pulau Lancang dan Pulau Laki sekitar 20-23 meter kita belum tahu pasti di mana posisinya,” tutur Bambang.

TNI Angkatan Laut membantu Search and Resque (SAR) pesawat Sriwijaya Air yang hilang ini. Disebutkan bahwa terdapat sejumlah kapal yang dikerahkan, seperti KRI Teluk Gili Manuk lengkap dengan Tim Kopaska, KRI Kurau, KRI Parang, KRI Teluk Cirebon, KRI Tjiptadi, KRI KRI Cucut-866, KRI Tengiri. Selain itu TNI AL juga menurunkan dua Sea Rider Kopaska serta dua kapal tunda yakni TD. Galunggung dan Malabar.

Bambang melanjutkan, terdapat nelayan menemukan sejumlah serpihan diduga dari pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu. Serpihan ini sedang diteliti untuk dipastikan terkait-tidaknya dengan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh.

“Ditemukan beberapa serpihan-serpihan yang dicurigai. Kita masih belum memastikan barang itu dari pesawat Sriwijaya, sekarang sudah di kapal kami dan kita akan tarik, kita buka posko di JICT2,” sebutnya.

Mesin pesawat tak ada masalah

Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena mengatakan pesawat dengan kode penerbangan SJ-182 yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu dalam kondisi sehat dan tak bermasalah.

"Kalau kondisi pesawat dalam keadaan sehat, sebelumnya pulang pergi ke Pontianak dan harusnya tidak ada masalah. Laporan dari maintanance semuanya lancar," kata Jefferson dalam dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta.

Dia mengaku ada penundaan atau delay yang terjadi selama 30 menit sebelum penerbangan, namun bukan disebabkan adanya kerusakan mesin pesawat. Penundaan ini terjadi akibat adanya cuaca buruk di rute penerbangan yang akan dilalui.

"Delay akibat hujan deras. Makanya kemudian ada sebelum boarding," tegasnya.

Sriwijaya Air beri pendampingan keluarga penumpang

Tercatat ada 50 orang penumpang dan 12 kru pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu. Dari total penumpang itu, ada 7 anak-anak dan 3 bayi.

Jefferson Irwin Jauwena mengatakan pihaknya akan memberikan pendampingan semaksimal mungkin terhadap pihak keluarga penumpang pesawat SJ 812 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. 

"Kami akan memberikan pendampingan semaksimal mungkin kepada pihak keluarga," kata Jefferson.

Sebagai langkah memenuhi hal tersebut, Jefferson mengatakan pihaknya telah menyiapkan dua posko di Bandara Supadio Pontianak dan di Kantor Sriwijaya Air. Posko ini melayani keluarga penumpang yang ingin mencari informasi. 

Pihak keluarga penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182 juga diminta mempersiapkan data antemortem. Data ini mencakup data primer seperti sidik jari, data gigi dan sekunder yakni informasi pakaian yang terakhir digunakan penumpang Sriwjaya Air SJ-182.