Bagikan:

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Hari Kamis, Rusia dilanda serangan teroris di wilayah Bryansk selatan yang berbatasan dengan Ukraina, bersumpah untuk menghancurkan apa yang dikatakannya sebagai kelompok sabotase Ukraina yang menembaki warga sipil.

Sebaliknya, Ukraina menuduh Rusia melakukan "provokasi" palsu, tetapi juga menyiratkan bahwa beberapa bentuk operasi memang dilakukan oleh partisan anti-pemerintah Rusia.

Di tengah laporan penembakan dan sabotase sporadis, wilayah perbatasan Rusia menjadi semakin tidak stabil sejak Moskow menginvasi Ukraina setahun lalu.

Putin, dalam pidato yang disiarkan televisi, menuduh kelompok itu menembaki warga sipil di dalam mobil, termasuk anak-anak. Gubernur Bryansk Alexander Bogomaz mengatakan, serangan itu telah menewaskan dua orang dan melukai seorang anak laki-laki berusia 11 tahun.

"Mereka tidak akan mencapai apa-apa. Kami akan menghancurkan mereka," kata Presiden Putin, mengatakan kelompok itu terdiri dari orang-orang yang ingin merampas sejarah dan bahasa Rusia, melansir Reuters 3 Maret.

Pada hari yang sama, empat anggota Garda Nasional Rusia terluka ketika mobil mereka menabrak ranjau di Desa Sushany, tepat di seberang perbatasan dari Ukraina, kata Alexander Khinstein, seorang anggota parlemen federal senior.

Keempatnya telah mengambil bagian dalam operasi untuk mengamankan wilayah tersebut, tulisnya di aplikasi perpesanan Telegram.

Dinas keamanan FSB awalnya mengatakan, tentara dan FSB berusaha untuk melikuidasi "kelompok bersenjata nasionalis Ukraina" yang telah melintasi perbatasan.

Belakangan dikatakan, situasinya terkendali dan sejumlah besar bahan peledak telah ditemukan, sementara pembersihan ranjau dilakukan. Tidak disebutkan laporan sebelumnya oleh kantor berita negara adanya warga yang disandera.

Dalam dua video yang beredar online, orang-orang bersenjata yang menyebut diri mereka Korps Sukarelawan Rusia mengatakan, mereka telah melintasi perbatasan untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai "rezim berdarah Putin dan Kremlin."

Menggambarkan diri mereka sebagai pembebas Rusia, orang-orang itu meminta Rusia untuk mengangkat senjata dan bangkit melawan otoritas. Mereka mengatakan, mereka tidak menembaki warga sipil.

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan, lembaga penegak hukum akan menentukan siapa yang bertanggung jawab.

Terpisah, Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menulis di Twitter: "Kisah tentang (sebuah) kelompok sabotase Ukraina di RF (Federasi Rusia) adalah provokasi klasik yang disengaja."

Dia mengatakan, Rusia "ingin menakut-nakuti rakyatnya untuk membenarkan serangan ke negara lain dan meningkatnya kemiskinan setelah tahun perang."

Seorang juru bicara intelijen militer Ukraina menyatakan, kelompok sabotase itu adalah tanda perselisihan internal.

"Ini adalah orang-orang yang dengan senjata di tangan mereka melawan rezim Putin dan mereka yang mendukungnya... Mungkin Rusia akan mulai bangun," kata Andriy Yusov kepada outlet Ukraina Hromadske.

Minggu ini, Presiden Putin mengatakan kepada FSB, perlunya badan tersebut meningkatkan kewaspadaannya terhadap spionase dan apa yang disebutnya sebagai ancaman teroris yang berasal dari Ukraina dan Barat.