Bagikan:

JAKARTA - Anggota G20 harus selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan baik secara individual maupun kolektif, dengan kemakmuran dan kemaslahatan manusia harus terus menjadi fokus G20," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menghadiri pertemuan menteri luar (FMM) G20 di New Delhi, India, Kamis.

Pada Sesi 2 pertemuan yang mengusung topik "Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana", Menlu Retno mengangkat dua isu, yaitu terkait masalah kemanusiaan dan penanganan bencana.

Mengenai masalah kemanusiaan, Menlu Retno sampaikan bahwa perang dan konflik selalu membawa kesengsaraan bagi umat manusia, mulai dari Myanmar, Afghanistan, Palestina, hingga Ukraina.

Dalam kaitan dengan kemanusiaan, Menlu Retno mengingatkan, sebagian negara telah abai dan mengadopsi standar ganda terhadap masalah kemanusiaan di Palestina.

"Pada saat pembukaan Pertemuan Dewan HAM di Jenewa beberapa hari lalu, tidak ada satu pun pembicara menyinggung masalah Palestina. Ketidakadilan ini harus segera diakhiri," kata Menlu Retno.

Terkait penanganan bencana, Menlu menyampaikan dua hal. Pertama, pentingnya memperkuat aspek pencegahan dan kesiapsiagaan. Mencegah terjadinya bencana akan menyelamatkan nyawa dan ekonomi.

"Sebagai negara rentan bencana, Indonesia memahami betul pentingnya pencegahan dan kesiapsiagaan. Kami telah mengakumulasi pengetahuan dan pengalaman terkait ini dan siap berbagai dengan seluruh dunia," ujar Menlu Retno.

Investasi di bidang sains, teknologi, dan inovasi sangat penting. Demikian pula dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan pemangku kepentingan secara luas.

Kedua, perlunya mendorong ketahanan yang lebih kuat agar dapat menghadapi external shock. Dikatakan Menlu Retno, G20 harus mencari cara untuk membantu negara-negara memperluas proteksi sosial, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkuat upaya mengatasi perubahan iklim.

Lanjutnya, G20 juga harus mendorong implementasi komitmen internasional di bidang pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim, termasuk Agenda 2030, Paris Agreement dan Sendai Framework.

"Di kawasan, keketuaan Indonesia di ASEAN akan memperkuat mekanisme kawasan untuk menghadapi kondisi darurat di masa depan, terutama di bidang kesehatan, ketahanan pangan dan energi, dan stabilitas ekonomi," terang Menlu Retno.

Diketahui, pertemuan FMM terdiri dari dua sesi, yaitu sesi 1 dengan topik "Memperkuat Multilateralisme, Keamanan Pangan dan Energi, dan Kerja Sama Pembangunan". Sesi 2 dengan topik "Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana."