Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI menyebutkan produksi padi Jakarta pada 2002 menurun karena banjir di daerah ini sehingga perolehannya untuk gabah kering giling (GKG) sebesar 2.377 ton atau turun 911 ton dibandingkan 2021 sebanyak 3.249 ton.

“Kondisi iklim berupa genangan banjir yang sangat mempengaruhi produktivitas,” kata Kepala BPS DKI Anggoro Dwitjahyono dikutip ANTARA, Rabi 1 Maret.

Selain faktor cuaca, lanjut dia, serangan hama juga berkontribusi membuat produksi padi di Ibu Kota ikut menyusut.

Apabila dikonversi menjadi beras, produksi 2.377 ton GKG itu setara 1.378 ton beras atau turun 537 ton dibandingkan 2021.

Selain itu, BPS DKI mencatat selama 2022 luas panen padi di Jakarta berkurang 82,72 hektar menjadi 477,25 hektar sehingga juga berpengaruh terhadap penurunan produksi padi.

Pada 2021, luas panen padi di Jakarta mencapai 559,97 hektare.

Meski luas padi yang siap panen di Jakarta menyusut hingga 14,7 persen, namun Anggoro mengungkapkan DKI Jakarta dengan luas padi yang sempit masih mampu memproduksi padi.

Ada pun luas lahan baku sawah sesuai Ketetapan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) pada 2019 di Jakarta mencapai 414 hektare.

Ketetapan itu menempatkan DKI sebagai provinsi yang memiliki lahan sawah paling kecil di antara 34 provinsi di Tanah Air.

“Meski lahan pertanian di DKI sempit tapi tetap berupaya memproduksi di subsektor tanaman pangan,” katanya.

Wilayah di Ibu Kota yang masih produktif menghasilkan padi yakni Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat.

Anggoro menambahkan penurunan luas panen padi tertinggi terjadi di Jakarta Utara mencapai 73,79 hektar menjadi 405,86 hektare dibandingkan 2021 mencapai 479,65 hektare.

Kemudian, Jakarta Timur menjadi 33,54 hektare atau turun sebanyak 4,39 hektare dan Jakarta Barat menyusut sebanyak 4,54 hektar menjadi 37,85 hektare.