JAKARTA - Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menjabarkan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam menuju pelayanan penuh atau 100 persen cakupan pelayanan air perpipaan di Jakarta.
Per tahun 2022, cakupan layanan PAM Jaya masih menjangkau 65,85 persen di wilayah Ibu Kota. Sementara, BUMD bidang pelayanan air minum ini diharuskan mengejar capaian hingga 100 persen pada tahun 2030.
Arief mengaku keterbatasan sumber air menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan cakupan layanan air bersih belum optimal.
"Saat ini, 81 persen sumber air baku di DKI Jakarta didapatkan dari Jatiluhur, 14 persen dari Tangerang, dan baru 5 persen yang didapatkan dari sumber air di kota ini," kata Arief dalam focus group discussion (FGD) yang menghadirkan sejumlah stakeholder di Jakarta, Selasa, 28 Februari.
Minimnya sumber air baku di aliran sungai Jakarta mengakibatkan PAM Jaya harus mengambil lebih banyak air baku dari luar daerah. Faktor yang menyebabkan sulitnya mengolah air baku dari dalam provinsi adalah pencemaran sungai.
"Hasil uji kualitas air oleh Dinas lingkungan Hidup di lima wilayah DKI pada 2021 menyebutkan, sampel yang diambil dari sungai DKI Jakarta terindikasi 1 persen tercemar ringan, 20 tercemar tercemar sedang, dan 79 persen tercemar berat," ungkap Arief
Tantangan lain adalah wilayah yang cukup luas, sehingga terdapat perbedaan tekanan air. Di wilayah yang jauh dari instalasi pengolahan air (IPA) PAM JAYA, warga akan mendapatkan tekanan air lebih kecil dibandingkan warga yang berada dekat IPA ketika keran dibuka secara bersamaan.
"Contohnya di Marunda Kepu, Jakarta Utara, yang bersebelahan dengan laut. Kondisi suplai rendah ternyata disebabkan tekanan kecil di wilayah tersebut. Jadi, solusi yang kami lakukan adalah membangun reservoir komunal disertai pompa dorong," jelasnya.
BACA JUGA:
Prinsip reservoir komunal yang dimaksud Arief dilakukan dengan menampung air di reservoir pada jam di mana air tidak banyak digunakan. Kemudian, tampungan air tersebut didorong oleh pompa ke rumah warga.
"Solusi yang terbukti berhasil ini akan kami replikasi ke beberapa wilayah, seperti Jalan Cilincing Huk Cacing, Jalan Raya STIP Marunda Makmur, Waduk Pluit–Jalan Muara Baru Penjaringan, Kelurahan Tamansari, Gombol Paya–Kalideres, Booster Pump Tambora, Duri Kosambi, dan Kebon Kosong," urai dia.
Karenanya, dalam FGD ini, Arief menyebut pihanya membuka diri atas informasi dari beberapa elemen, mulai dari akademisi, warga, dan pakar sehingga solusi atas persoalan air di DKI Jakarta dapat dirumuskan secara tepat.
"PAM Jaya ingin mendapatkan perspektif yang lebih komprehensif mengenai mekanisme pengelolaan air yang telah berkembang dan mampu mengidentifikasi variabel yang terdapat dalam suatu wilayah dengan tekanan air kecil," imbuh Arief.