JAKARTA - Analis politik sekaligus Direktur Indostrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam memaparkan hasil survei yang dilakukan pihaknya.
Survei dilakukan untuk mengukur perspektif publik terhadap berbagai hal, termasuk tentang potensi Pilpres 2024 mendatang. Hasil surve menyebutkan, tingkat popularitas dan akseptabilitas menunjukan nama Prabowo Subianto masih unggul dari sejumlah nama seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
"Survei mengukur tingkat popularitas dan akseptabilitas dari 12 tokoh publik. Hasilnya ditemukan bahwa Prabowo masih memuncaki tingkat popularitas dan akseptabilitas publik," kata Arif dalam pesan elektronik yang diterima di Jakarta, Senin, 27 Februari.
Rilis survei dilakukan pada Minggu, 26 Februari. Selain popularitas dan akseptabilitas, posisi Prabowo Subianto di urutan teratas untuk potensi tingkat keterpilihan di Pemilu 2024 nanti.
"Prabowo masih memuncaki tingkat elektabilitas tertinggi bila Pilpres dilaksanakan hari ini dengan perolehan persentase 32,9 persen," ujarnya.
Sementara untuk tingkat elektabilitas nomor 2 (dua) diisi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan disusul oleh eks Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
"Ganjar masih terus berada diposisi kedua dengan 21 persen disusul di posisi tiga besar oleh Anies dengan persentase keterpilihan 19,8 persen," lanjutnya.
Lebih lanjut, Arif menyampaikan bahwa alasan mengapa tingkat elektabilitas Prabowo masih berada di nomor wahid, sebab ada beberapa faktor yang kemungkinan besar menjadi pengaruhnya. Antara lain, soal penyebutan nama Prabowo Subianto oleh Presiden Joko Widodo secara langsung di berbagai kesempatan besar.
"Ada beberapa alasan yang mungkin menjadi alasan Prabowo masih barada di posisi puncak. Pertama, endorsement Jokowi yang semakin intens terhadap Prabowo menuai dukungan dari pemilih loyal Jokowi 2019 lalu," jelasnya.
Endorsement tersebut juga berpotensi menggiring para pemilih loyal Jokowi ke Ganjar Pranowo bermigrasi mendukung Prabowo Subianto.
"Intensitas dukungan Jokowi terhadap Prabowo, mengakibatkan migrasi pemilih Jokowi yang ada di Ganjar ke Prabowo," sambungnya.
Alasan yang cenderung masih sangat relevan saat ini adalah, karena baik Ganjar maupun Anies belum memiliki kepastian politik untuk maju dalam bursa Pilpres 2024.
Untuk Ganjar, tiket dari PDI Perjuangan pun masih belum kunjung didapatkannya secara resmi. Termasuk dengan Anies yang masih belum pasti apakah PKS, NasDem dan Demokrat tetap solid mengusungnya di Pemilu 2024 nanti.
Ketidakpastian ini menurut Arif sangat berpotensi memicu kegamangan para pendukung dan simpatisan. Salah satunya adalah hengkangnya relawan Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) pimpinan Immanuel Ebenezer dan mengubahnya menjadi Prabowo Mania 08.
"Kedua, pencalonan Ganjar dan Anies tidak kunjung pasti. Ketidakpastian ini memicu hengkangnya beberapa organ relawan Jokowi yang mendukung Ganjar dan arus balik pemilih Anies kembali ke Prabowo," paparnya.
Selanjutnya, alasan lainnya adalah terkait dengan sepak terjang Prabowo Subianto di pemerintahan Presiden Joko Widodo, sehingga banyak kalangan pemilih masih menempatkan diri sebagai pemilih loyal Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu.
"Ketiga, membaiknya persepsi pendukung Prabowo terhadap sikap bergabungnya Prabowo kedalam pemerintahan. Keempat, kunjungan dan kegiatan Prabowo ke beberapa provinsi pada waktu lalu juga diduga menuai simpati dan dukungan terhadapnya," ucapnya.
"Kelima, kinerja Prabowo sebagai Kemhan. Diduga juga ada hubungan simetris antara kinerja Prabowo dengan TNI yang memeroleh kepercayaan tertinggi dari publik," lanjut Arif.
BACA JUGA:
Survei dilakukan dalam rentang waktu 14-23 Februari 2023 dengan melibatkan 1.230 responden di 34 provinsi di Indonesia. Teknik pengumpulan datanya menggunakan multistage random sampling dengan margin of error (MoE) ± 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.