JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup loyo pada penutupan perdagangan Jumat 7 Februari. Rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,29 persen ke level Rp13.675 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, kekhawatiran pasar terhadap virus corona kembali menjadi pemicu pelemahan.
"Kemarin dan tadi pagi dilaporkan penambahan penyebaran virus di China, Singapura dan Jepang," jelas Ariston kepada VOI.
Ia menambahkan, pejabat bank sentral AS dan Australia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi pelambatan ekonomi global karena virus corona.
Selain itu, lanjut Ariston, data-data ekonomi AS belakangan ini cukup bagus, di atas ekspektasi pasar yang mendorong penguatan dolar AS.
"Pasar juga mungkin mewaspadai berlanjutnya penguatan dolar AS karena data yang akan dirilis malam ini pukul 20.30 WIB, data tenaga kerja AS-Non-farm Payrolls," jelasnya.
Pelemahan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di kawasan. Yen Jepang dan dolar Hong Kong menjadi dua mata uang yang berhasil berada di zona hijau.
Yen Jepang menguat 0,06 persen dan menjadi mata uang yang penguatannya paling tinggi terhadap dolar AS. Kemudian, won Korea yang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah turun 0,54 persen, disusul ringgit Malaysia yang turun 0,36 persen.
Yuan China serta dolar Singapura pun terkikis dan masing-masing 0,23 persen dan 0,22 persen. Rupee India dan baht Thailand juga berada di zona merah setelah melemah masing-masing 0,21 persen dan 0,19 persen.
Kemudian menyusul dolar Taiwan dan peso Filipina yang melemah tipis masing-masing 0,19 persen dan 0,05 persen.