Bagikan:

JAKARTA - Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Bandar Lampung mengingatkan kepada seluruh pihak menjaga kedamaian dan mencegah perpecahan berkaca pada kasus pembubaran ibadah jemaat Gereja Kristen Protestan Kemah Daud (GPKD).

Ketua FKUB Bandarlampung Purna Irawan mengatakan upaya itu dapat didorong dengan keikutsertaan para tokoh agama mengedukasi masyarakat, jemaat atau jamaahnya saling menghargai satu sama lain, terlebih di momen tahun politik seperti saat ini.

"Sekarang ini, kita sudah masuk tahun politik. Artinya jangan sampai kita digelitiki, sehingga timbul perpecahan antara sesama. Saling tuding segala macam, sementara ada pihak-pihak lain yang mengambil keuntungan dibalik itu," katanya di Bandar Lampung, Selasa 21 Februari.

Purna pun meminta kepada para politikus yang tidak atau sudah duduk di posisi strategis, tidak menggelorakan isu-isu SARA utamanya agama. Dia menekankan, masyarakat Indonesia heterogen.

"Masyarakat kita ini memiliki pola pikir dan cara tangkap yang berbeda-beda, terlebih kalau yang dimajukan isu-isu agama," tuturnya disitat Antara.

Menurutnya, upaya-upaya membentuk persatuan dan kesatuan yang utuh tepat seperti dalam sila Pancasila tidak dapat diraih dengan tindakan dan perilaku yang menonjolkan isu SARA.

Dia pun berharap politikus maupun seluruh pihak dapat mengedepankan kenegarawannya dalam meraih sesuatu, dengan cara-cara yang arif tanpa mengorbankan orang lain, utamanya menjelang Pemilu 2024.

"Kita ingin meraih kekuasaan, tetapi kan kita ingin meraihnya dengan cara yang baik, arif tanpa mengorbankan orang lain. Saya kira hal itu kecil untuk meraih sesuatu dengan mengorbankan keberagaman dan NKRI yang kita cintai," kata dia.

Sebelumnya, viral video aksi pembubaran ibadah di gereja oleh seorang pria berbaju biru di Bandar Lampung.

Video viral yang tersebar itu memperlihatkan seorang pria masuk di tengah ibadah jemaat Gereja Kristen Protestan Kemah Daud (GPKD).

Ibadah yang berlangsung di akhir pekan itu akhirnya berhenti. Seorang ibu anggota jemaat sempat berteriak histeris tidak menyangka apa yang sedang dihadapinya. Para jemaat akhirnya membubarkan diri.