Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke Laut Timur (Laut Jepang) pada Sabtu 18 Februari. Apakah Korut sedang ingin membuktikan kalau ancamannya selama ini bukan gertak sambal?

Sebelumnya, Korea Utara sudah melempar ancaman segera memberikan respons rencana Korea Selatan dan Amerika Serikat menggelar latihan militer tahunan bersama. Latihan itu untuk menangkis ancaman nuklir dan rudal yang meningkat dari Korea Utara.

Kementerian Luar Negeri Korea Utara balik menuduh Amerika Serikat telah memicu ketegangan dan menggunakan Dewan Keamanan PBB (DK PBB), sebagai alat kebijakan bermusuhan ilegal untuk menekan Pyongyang.

"Jika itu adalah opsi AS untuk menunjukkan ototnya dan melawan semuanya dengan otot, hal yang sama berlaku untuk opsi DPRK," kata kementerian itu dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah KCNA, melansir Reuters 17 Februari lalu.

Kementerian itu menggunakan akronim nama resmi negara tersebut, Republik Demokratik Rakyat Korea.

"Jika AS dan Korea Selatan melaksanakan rencana latihan militer mereka yang sudah diumumkan yang DPRK ... anggap sebagai persiapan untuk perang agresi, mereka akan menghadapi perlawanan yang kuat dan gigih yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata pernyataan itu.

Sehari setelahnya, Pyongyang seakan ingin memberi bukti ancaman mereka bukan isapan jempol. Rudal balistik dilepaskan sekitar pukul 17:22. Kepala Staf gabungan (JCS) Korea Selatan-AS menduga rudal diluncurkan dari Pyongyang meski lokasi detail belum bisa dipastikan.

Rudal itu mengudara selama 66 menit dan mendarat 125 mil (200 km) barat Hokkaido di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) negara itu.

Inilah peluncuran perdana rudal balistik Korut di tahun 2023. Rudal itu kini dianggap sebagai provokasi serius Korut kepada AS-Jepang-Korsel.