Bagikan:

BANDUNG - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyepakati komitmen bersama antara Pemprov DKI dan Pemprov Jawa Barat terhadap rencana pembangunan MRT koridor timur-barat dengan rute Cikarang-Balaraja.

Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) terkait dukungan daerah atas pembangunan MRT fase 3 yang diawali pada stage 1 area Tomang-Medan Satria ini dilakukan di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.

Dalam sambutannya, heru mengulas transformasi sejarah MRT. Saat digagas sejak tahun 1992, Heru menyebut perencanaan pembangunan mass rapid transit tidak berjalan cepat.

Salah satu faktornya saat itu adalah keraguan pemerintah atas skema pembiayaan pembangunan MRT yang diawali pada fase 1 dengan rute Lebak Bulus-Bundaran HI.

"Mulai dari tahun 1992 masih rapat terus. Sampai tahun 2000 juga masih rapat terus. Biasa, warga negara kita, tidak ada yang mau mengurus MRT. Kenapa tidak kunjung tiba, karena saling bertanya siapa yang bertanggung jawab atas pembiayaannya. Tapi dengan gigihnya pejabat DKI bersama pemerintah pusat, di tahun 2000 mulai kelihatan prosesnya," ungkap Heru, Jumat, 17 Februari.

Menurut dia, adanya MRT di Jawa Barat, khusunya Bekasi yang masuk dalam rute Cikarang-Balaraja, secara tidak langsung akan mengubah pola masyarakat menjadi lebih disiplin. Sebab, warga yang akan menggunakan MRT akan tiba di stasiun mengikuti waktu keberangkatan kereta.

Belum lagi, ada nilai tambah bagi Bekasi, yakni dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Heru menjamin, MRT di Bekasi akan mengundang para pengembang untuk berinvestasi. Hal ini ia sampaikan kepada Plt. Wali Kota Bekasi Tri Adhianto

"Pak Tri, Wali Kota, ini bisa memberi tambahan masukan nilai PAD bapak. Bukan saja karena ada MRT-nya. Tapi juga akan bersemangat, karena (pengembang) properti akan membangun di sana," ujar Heru.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memandang perencanaan pembangunan MRT fase 3 ini tidak sesulit fase pertama. Pria yang akrab disapa Kang Emil ini menganalogikan pembangunan trase MRT seperti melahirkan bayi.

"Bayi pertama biasanya paling rentan. Bayi kedua, ketiga, relatif. Karena ada pengalaman, lebih mudah untuk mengondisikan," tutur Kang Emil.

"Ini adalah sebuah proses yang harus dilalui dan kami sangat berbahagia, karena tugas pemimpin itu adalah memberikan sense of hope. Barangnya memang belum ada, tapi dengan peristiwa hari ini akan memberikan harapan bahwa lagi OTW, ya," lanjutnya.

Sebagai informasi, pengembangan MRT Fase 3 dengan rute Balaraja-Cikarang terbentang sepanjang 84,10 kilometer. Dengan dukungan pembiayaan dari Jepang sebagai investor utama, proyek MRT east-west senilai Rp160 triliun tersebut terbagi menjadi 2 fase yakni fase 1 yang mencakup area DKI Jakarta dan fase 2 yang meliputi Banten dan Jawa Barat.

Pemerintah berencana akan menyediakan 3 depo operasional di MRT east-west dengan estimasi penumpang mencapai 1,2 juta per hari.

Fase 1 akan terbagi lagi menjadi stage 1 sepanjang 24,52 kilometer yang akan melalui Tomang, Dukuh Atas, Senen, Perintis hingga Medan Satria dan stage 2 sepanjang 9,23 kilometer yang melalui Tomang dan Kembangan.

Fase 1 MRT east-west diharapkan dapat beroperasi di tahun 2031 dengan target penyelesaian konstruksi paling lambat di tahun 2024.

Sedangkan MRT east-west fase 2 akan terbagi menjadi east-west Banten sepanjang 29,99 kilometer yang melalui Kembangan, Kelapa Dua, hingga Balaraja dan East-West West Java sepanjang 20,43 kilometer yang akan melalui Medan Satria dan Cikarang.