Bagikan:

JAKARTA - Politisi sekaligus akademisi Yusril Ihza Mahendra bicara soal stabilitas politik melalui akun twitter pribadinya, Minggu, 12 Februari 2023.

Ia melihat stabilitas politik nasional menjadi kunci dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara yang majemuk seperti Indonesia.

Bagi Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu, pembangunan ekonomi untuk kepentingan rakyat hanya bisa terlaksana jika dua kekuatan politik nasional bersatu dan bekerjasama dengan erat, yakni Golongan Nasionalis dan Golongan Islam.

“Kita terima saja keberadaan dua golongan itu apa adanya sambil tetap menghormati dan menghargai keragaman etnik, adat dan budaya serta agama-agama yang hidup dan berkembang di tanah air kita ini. Siapapun yang jadi pemimpin harus menyadari hal yang spesifik Indonesia ini,” tulis Yusril Ihza Mahendra melansir akun Twitter miliknya, Minggu, 12 Februari 2023.

Bagi Yusril Ihza Mahendra, Indonesia jelas sebagai negara yang unik dengan berbagai kemajemukannya, yang tidak bisa disamakan dengan negara-negara lain.

Oleh karenanya, ia menilai, pemimpin negara ke depan haruslah sosok yang paham betul mengenai kekhususan Indonesia dengan segala kompleksitas yang ada di dalamnya.

“Jangan coba-coba memaksakan suatu kehendak untuk mengubah keadaan itu, baik dengan aturan, kebijakan, apalagi gunakan kekuatan aparatur tanpa pemahaman, karena berisiko timbulnya perlawanan, konflik dan kekerasan dengan taruhan sangat mahal mengatasi dan memulihkannya,” tulisnya.

Yusril menilai, pembangunan atas kesadaran dan percaya diri rakyat adalah cara mengatasi kekhususan yang dimiliki Indonesia. Rasa percaya diri tersebut hanya bisa ditempuh melalui pemimpin yang cerdas dan berwibawa, yang ucapannya bisa dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat.

Tidak berhenti sampai di situ, dukungan oleh sistem dan perncanaan yang baik serta target yang jelas yang ingin dicapai juga jadi acuan pergerakan bangsa ini ke depan.

Pemimpin harus bisa mendayagunakan potensi SDM, SDA dan segala peluang yang ada untuk kemajuan bangsa dan negara.

“Untuk itu, kemampuan melakukan negosiasi kerjasama bilateral dan multilateral serta kecanggihan berdiplomasi menjadi sangat penting. Satu dan lain hal dilakukan dengan mengutamakan kepentingan nasional, kepentingan rakyat diatas segalanya,” kata Yusril.

Presiden yang tepat, kata Yusril, sosok yang harus memiliki kewibawaan, gagasan, kemampuan dan pemahaman terhap persoalan fundamental bangsa.

Tak masuk akal jika seorang presiden justru bertanya kepada para menteri yang notabene adalah pembantunya, mengenai konsep dan program yang akan dikerjakan.

Baginya, sosok presiden lah yang seharusnya memiliki konsep dan program, yang kemudian dijabarkan lebih rinci dan dilaksanakan oleh para pembantunya.

“Jangan biarkan menteri-menteri berkreasi sendiri-sendiri, dan Presiden fokus pada apa yang dia suka. Hal ini akan berakibat program Presiden tidak mengarah kepada tujuan utama, mengangkat harkat dan martabat bangsa menjadi lebih baik dalam jangka waktu jabatan kepresidenannya,” tulis Yusril Ihza Mahendra.