Kasus Suspek LSD Ternak di Boyolali Meluas ke-19 Kecamatan
FOTO ILUSTRASI VIA ANTARA

Bagikan:

BOYOLALI - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menyebutkan, kasus suspek penyakit "Lumpsy Skin Disease" (LSD) yang menyerang hewan ternak sapi meluas di 19 kecamatan di daerah itu.

“Kasus suspek LSD sudah menyebar ke 19 kecamatan dari 22 kecamatan di Boyolali dan tiga wilayah yang masih bebas kasus LSD yakni Selo, Sawit, dan Banyudono,” kata Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lusia Dyah Suciati dilansir ANTARA, Jumat, 10 Februari.

Menurut dia, kasus LSD di Boyolali diawali sejak tanggal 28 Oktober 2022 terdapat empat ekor sapi dan hingga sekarang bertambah  mencapai 1.208 ekor suspek LSD.

Dari jumlah tersebut ada 32 yang positif dengan dibuktikan uji laboratorium. Ternak sembuh dari LSD sebanyak 27 ekor dan tersisa 1.181 ekor.

"Kasus LSD yang menyebabkan banyak benjolan pada hewan ternak sapi tersebut ternyata sebagian besar muncul di Boyolali bagian utara, yakni daerah Kecamatan Wonosamodro, Kemusu, dan Juwangi," kata Lusia.

Disnakkan Boyolali sudah melakukan penanganan dengan cara pengobatan ternak berdasarkan laporan karena pihaknya memiliki saluran siaga laporan baik untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) maupun LSD.

"Kami juga melakukan sosialisasi ke daerah kecamatan yang memang banyak sekali laporan LSD atau masuk  zona merah LSD seperti di Kecamatan Juwangi, Wonosamodro, Andong, Simo, Cepogo, Boyolali kota, dan Mojosongo," katanya.

Menurut dia, kasus LSD langkah-langkah strategi yang harus ditindaklanjuti pertama dengan membersihkan kandang untuk pencegahan.

Penyebaran virus j sifatnya sporadis tidak masif sehingga, kegiatan penyemprotan disinfektan sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan, biosecurity, kemudian penanganan untuk laporan yang ternak sakit, dan vaksinasi untuk penanganan penuntasan.

Disnakkan Boyolali selain melakukan sosialisasi LSD kepada kepala desa, peternak, dan perwakilan pedagang di Kecamatan Juwangi, dengan memberikan bantuan 100 liter disinfektan untuk gerakan kebersihan wilayah itu.

Dengan cara penyemprotan di seluruh kandang ternak dapat mencegah penularan ternak. Satu dua tutup jerigen disinfektan dapat dicampurkan air satu tangki untuk penyemprotan kandang itu.

"Kami juga minta bantuan kepala desa untuk mengerahkan peternak agar hewan ternak siap untuk divaksin semua. Memang dengan divaksin untuk dapat menyelesaikan kasus LSD," katanya.

Menurut dia, upaya-upaya lain yang dilakukan oleh dokter hewan, selain pengobatan langsung kepada ternak, juga untuk percepatan kesembuhan sapi yang sakit dengan diberikan pakan yang benar.

"Kami  mendapat bantuan vaksin dari Pemerintah Pusat sebanyak 3.900 dosis dan ditambah 400 dosis. Jadi total 4.300 dosis itu, dan 3.900 dosis vaksin di antaranya  sudah habis disuntikkan. Disnakkan Boyolali telah mengajukan vaksin sebanyak 15.000 dosis. Untuk menyelesaikan kasus LSD hewan ternak harus vaksinasi semua," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Boyolali dokter hewan Afiany Rifdania menjelaskan penanganan hewan ternak yang terserang LSD dilakukan pengobatan karena penyebab LSD virus dan membutuhkan daya tahan tubuh ternak yang baik.

Menurutnya perlu bantuan masyarakat peternak dari sisi manajemen pakan dan kebersihan kandang.

Untuk pakan ternak pihaknya selalu memberikan masukan kepada peternak agar memberikan pakan yang baik atau hijauan yang sudah dilayukan terlebih dahulu.

Kebetulan ada beberapa peternak yang sudah melakukan cara manajemen pakan itu, dan hasilnya sangat signifikan. Daya tahan tubuh ternak menjadi lebih baik, sehingga vaksin sangat efektif dan lebih cepat sembuh dari LSD.