Tenaga Kesehatan Fokus Tangani Corona, IDI Prediksi Angka Kematian Pasien Non-COVID-19 Meningkat
Ilustrasi (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi memprediksi akan tejadi peningkatan angka kematian bagi pasien yang memiliki penyakit selain COVID-19 dalam beberapa waktu ke depan.

"Saat ini, semua fasilitas kesehatan terkonsentrasi untuk COVID-19, bahkan SDM pun dikonsentrasikan untuk COVID-19. Bukan tidak mungkin nanti ini menjadi suatu risiko ke depan, angka morbiditas dan mortalitas non-COVID-19 akan meningkat," kata Adib dalam diskusi virtual, Selasa, 5 Januari.

Prediksi ini dilandaskan pada perkembangan kasus belakangan. Tercatat, kasus aktif COVID-19 di Indonesia sebanyak 110.089. Dilaporkan, banyak rumah sakit rujukan COVID-19 atau tempat isolasi yang penuh dan tak dapat lagi menampung pasien COVID-19 sementara ini.

Menghadapi hal ini, pemerintah kembali mengalokasikan ruang perawatan di fasilitas kesehatan umum menjadi perawatan khusus COVID-19 untuk meningkatkan kapasitas rawat pasien virus corona. 

Dampaknya, masyarakat yang menderita penyakit selain COVID-19 akan semakin sulit mencari tempat pengobatan. Sehingga, potensi mortalitas atau angka kematian pasien penyakit di luar COVID-19 diprediksi meningkat.

"Karena kita tahu, problem penyakit kronis juga masih banyak terjadi. Sehingga, bukan tidak mungkin itu jadi satu masalah ke depan," ucap Adib.

Oleh sebab itu, Adib menilai pemerintah tidak cukup menyelesaikan masalah perawatan pasien COVID-19 hanya dengan mengalokasikan tempat tidur rawat. 

Pemerintah, kata Adib, mesti lebih fokus pada peningkatan tes dan penelusuran kontak untuk memutus mata rantai penularan COVID-19. Kemudian, memastikan kepatuhan protokol kesehatan dilakukan oleh masyarakat.

"Durasi pandemi ini akan panjang. WHO juga telah mengingatkan resikonya. Maka, ada hal yang harus kita lakukan bahwa intervensi di hulunya juga menjadi bagian penting. Kuncinya adalah kepatuhan protokol di masyarakat," jelas Adib.

"Kalau kita sekadar konsentrasi pada hilirnya saja, tidak ada negara yang mampu mengatasi hanya dengan menambah kapasitas fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia. Karena, kita tahu keterbatasan itu pasti akan terjadi," tambah dia.