Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 20 tahanan melarikan diri, mayoritas anggota ISIS, setelah pemberontakan di penjara Suriah barat laut usai gempa bumi mematikan berkekuatan 7,8 SR mengguncang Turki Hari Senin.

Penjara polisi militer di Kota Rajo dekat perbatasan Turki menampung sekitar 2.000 narapidana, dengan sekitar 1.300 di antaranya diduga pejuang ISIS, kata sumber itu.

Penjara itu juga menampung para pejuang dari pasukan pimpinan Kurdi.

"Setelah gempa terjadi, Rajo terpengaruh dengan narapidana mulai memberontak dan menguasai bagian-bagian penjara," kata pejabat di penjara Rajo, yang dikendalikan oleh faksi pro-Turki, melansir The National News 7 Februari.

"Sekitar 20 tahanan melarikan diri ... yang diyakini sebagai militan ISIS," sambung pejabat itu.

Gempa berkekuatan 7,8 yang diikuti oleh puluhan gempa susulan di wilayah itu menyebabkan kerusakan pada penjara, dengan dinding dan pintu retak, tambah sumber itu.

The Syrian Observatory for Human Rights, lembaga pemantau perang yang berbasis di Inggris, mengatakan tidak dapat memverifikasi apakah tahanan telah melarikan diri, tetapi menegaskan ada pemberontakan.

Setidaknya 1.444 orang tewas pada Senin di seluruh Suriah, setelah gempa dahsyat yang berpusat di Turki barat daya, kata pemerintah dan penyelamat.

Di bagian barat laut negara yang dikuasai pemberontak, sedikitnya 733 orang tewas dan lebih dari 2.100 terluka, menurut kelompok penyelamat White Helmets.

Insiden di Rajo terjadi setelah serangan ISIS pada Bulan Desember di sebuah kompleks keamanan di bekas ibukota de facto Suriah Raqa, yang bertujuan untuk membebaskan sesama ekstremis dari penjara di sana.

Enam anggota pasukan keamanan pimpinan Kurdi yang menguasai daerah itu tewas dalam serangan yang digagalkan itu.

Diketahui, konflik di Suriah dimulai pada tahun 2011 dengan penindasan brutal terhadap protes damai dan meningkat hingga menarik kekuatan asing dan ekstremis global.

Hampir setengah juta orang telah terbunuh, dan konflik telah memaksa sekitar setengah dari populasi negara itu sebelum perang meninggalkan rumah mereka, dengan banyak mencari perlindungan di Turki.