Bagikan:

JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan bahwa sejumlah negara tak ingin kondisi ekonomi Indonesia tak ingin cepat merangkak naik. Sementara, neraca perdagangan RI pada tahun 2022 sudah mencapai 51 miliar dolar AS.

Hal ini menanggapi hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) secara virtual soal respons masyarakat mengenai kondisi ekonomi saat ini.

"Ekspor kita juga terus meningkat. Ini yang ditakutkan negara-negara pesaing kita karena memang sampai 2045 kita disebut masuk top 4 ekonomi dunia. Nah, mereka sudah membaca data ini. Makanya, mereka perlambat, istilahnya jangan cepat kaya, lah, Indonesia," kaya Erick, Minggu, 22 Januari.

Pada deretan negara G20, pertumbuhan ekonomi Tanah Air berada pada urutan kedua dengan nilai 5 persen, serta di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. Tumbuhnya ekonomi Indonesia juga terjadi saat negara-negara eropa mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Erick memandang, salah satu faktor pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah upaya pemerintah dalam meningkatkan hilirisasi industri sumber daya alam seperti hasil tambang.

"Inilah kenapa dimulai di policy yang baru di tahun 2017-2018 mulai menghasilkan hasilnya ketika hilirisasi sumber daya alam itu harus terjadi di Indonesia," urai Erick.

Erick mengaku upaya pemerintah dalam melakukan hilirisasi tak semulus yang diharapkan. Salah satu masalah yang terjadi adalah kasus sengketa dengan Uni Eropa soal kebijakan larangan ekspor dan hilirisasi bijih nikel Indonesia.

Gugatan ini diajukan Uni Eropa sebagai reaksi atas keputusan Indonesia yang menyetop ekspor nikel mentah. Kini, pemerintah telah mengajukan permohonan banding atas putusan panel World Trade Organization (WTO) pada 12 Desember 2022.

"Walaupun kita sekarang sedang WTO lagi, apakah itu nikel, kelapa sawit, bahkan kemarin IU sdfah menciptakan green industry plan. Artinya apa, mereka ingin pelan-pelan menutup market kita. Ini dinamika yang terjadi karena kalau kita lihat, data ekonominya (dunia) menuju resesi," ucapnya.