Warga China Daratan Datangi Hong Kong untuk Dapatkan Vaksin COVID-19 mRNA
Ilustrasi antrean vaksinasi COVID-19 di Hong Kong. (Wikimedia Commons/MASOHEU YEIWZH 302)

Bagikan:

JAKARTA - Puluhan pelancong China daratan bergegas ke Hong Kong untuk mendapatkan vaksin COVID-19 berbasis mRNA, yang tidak tersedia di China daratan, saat gelombang infeksi menyapu Negeri Tirai Bambu usai pencabutan kebijakan nol-COVID.

Sebuah rumah sakit swasta di wilayah administrasi khusus China di Hong Kong menyambut gelombang pertama pelanggan daratan pada Hari Kamis, hanya lima hari setelah China membuka kembali perbatasannya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, yang memungkinkan perjalanan bebas karantina.

Yoyo Liang, seorang penduduk Beijing berusia 36 tahun, adalah salah satu pelanggan pertama di Virtus Medical Center, di mana dia membayar 1.888 dolar Hong Kong untuk vaksin BioNTech COVID-19 pertamanya.

Liang telah menerima tiga dosis vaksin yang dikembangkan di dalam negeri dari Sinovac China selama dua tahun terakhir, tetapi mengatakan dia menggunakan vaksin penguat bivalen Pfizer-BioNtech, untuk lebih melindungi dirinya dari virus.

"Saya sangat ingin mendapatkan vaksin karena perbatasan dibuka kembali. Tidak ada vaksin bivalen yang tersedia di China daratan," jelasnya setelah vaksinasi, melansir Reuters 12 Januari.

Virtus, yang sejauh ini telah menerima lebih dari 300 pertanyaan tentang vaksin tersebut, mengharapkan lebih banyak pelanggan daratan datang ke Hong Kong dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, kata kepala petugas medis perusahaan Samuel Kwok kepada wartawan.

Namun, karena banyak orang yang sudah terinfeksi, banyak yang menunggu sebelum mengambil suntikan penguat, lanjutnya.

"Permintaan meningkat tetapi kami memahami bahwa ada banyak orang yang terinfeksi baru-baru ini... mereka tidak dapat segera mendapatkan... dosis penguat sehingga mereka harus menunggu setidaknya tiga bulan," jelasnya.

Diketahui, China yang merupakan rumah bagi 1,4 miliar orang, tiba-tiba mencabut kebijakan nol-COVID bulan lalu, menyebabkan infeksi melonjak di seluruh populasi dengan sedikit kekebalan, setelah dilindungi sejak virus itu muncul tiga tahun lalu di Kota Wuhan di China.