Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Hari Kamis menolak seruan Rusia untuk gencatan senjata selama Natal Ortodoks, mengatakan itu adalah tipuan untuk menghentikan kemajuan pasukan Ukraina di wilayah Donbas timur, serta mengerahkan lebih banyak tentara Moskow.

Berbicara dengan tegas dalam bahasa Rusia kepada Kremlin dan Rusia secara keseluruhan, Presiden Zelensky mengatakan Moskow telah berulang kali mengabaikan rencana perdamaian Kyiv. Menurutnya, perang akan berakhir ketika pasukan Rusia meninggalkan Ukraina atau diusir.

"Mereka sekarang ingin menggunakan Natal sebagai kedok, meski sebentar, untuk menghentikan kemajuan prajurit kita di Donbas, untuk membawa peralatan, amunisi dan pasukan yang dimobilisasi lebih dekat ke posisi kita," ujar Presiden Zelensky dalam pidato video malamnya, melansir Reuters 6 Januari.

Presiden Zelensky mengatakan, mengakhiri perang berarti "mengakhiri agresi negara Anda. Ini berlanjut setiap hari selama tentara Anda ada di tanah kami. Dan perang akan berakhir baik saat tentara Anda pergi atau kami mengusir mereka."

Dia mendesak Rusia untuk menantang premis Presiden Vladimir Putin, yang menggambarkan perang sebagai hal yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Moskow melawan Barat dan membasmi kaum nasionalis.

"Seluruh dunia tahu bagaimana Kremlin menggunakan interupsi dalam perang, untuk melanjutkan perang dengan kekuatan baru," jelas Presiden Zelensky.

"Tetapi untuk mengakhiri perang lebih cepat, kami membutuhkan sesuatu yang sama sekali berbeda. Kami membutuhkan warga Rusia untuk menemukan keberanian dalam diri mereka sendiri, meskipun selama 36 jam, meskipun selama Natal, untuk membebaskan diri dari rasa takut yang memalukan terhadap satu orang di Kremlin," paparnya.

Diketahui, Gereja Ortodoks Rusia memperingati Natal pada 7 Januari. Sementara, Gereja Ortodoks utama Ukraina telah diakui independen oleh hierarki gereja sejak 2019 dan menolak segala gagasan kesetiaan kepada patriark Moskow. Banyak orang percaya Ukraina telah mengubah kalender mereka untuk merayakan Natal pada 25 Desember seperti di Barat.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Kamis memerintahkan menteri pertahanannya untuk menerapkan gencatan senjata di Ukraina selama 36 jam pada 6 dan 7 Januari, untuk mengizinkan umat Kristen Ortodoks menghadiri kebaktian Natal, menurut pernyataan dari Kremlin.