Polisi Peru Gunakan Gas Air Mata untuk Bubarkan Pengunjuk Rasa, 2.062 Turis Dievakuasi dari Machu Picchu
Protes di Peru. (Wikimedia Commons/Mayimbú)

Bagikan:

JAKARTA - Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang mencoba mendekati markas Kongres Peru pada Hari Rabu, ketika ribuan orang turun ke jalan dua minggu setelah gelombang protes mematikan atas pemakzulan mantan Presiden Pedro Castillo.

Kemarin, pengunjuk rasa berbaris di Lima dan Arequipa, banyak yang membawa bendera merah-putih negara itu, dan menuntut pengunduran diri Presiden saat ini Dina Boluarte, penutupan Kongres, perubahan konstitusi dan pembebasan Castillo, melansir Reuters 5 Januari.

Sementara itu, Presiden Boluarte membuka pusat "Pemantauan dan Pengendalian Krisis" pada Rabu pagi, bersama dengan menteri pertahanan dan dalam negeri.

"Saya menyerukan perdamaian, ketenangan, dan persatuan untuk mendorong pembangunan tanah air," katanya dalam pidatonya.

Tayangan televisi sebelumnya pada Rabu menunjukkan polisi dan tentara menjaga markas institusi publik di beberapa daerah di mana protes direncanakan, termasuk Ayacucho, wilayah dengan jumlah korban tertinggi dalam demonstrasi Desember.

Menjelang sore, tidak ada laporan bentrokan dengan polisi, yang menutup akses ke Kongres, meskipun otoritas transportasi melaporkan 35 titik blokade di seluruh negeri.

Perdana Menteri Alberto Otarola sebelumnya menyerukan agar demonstrasi dilakukan dengan damai.

Sedangkan Menteri Pertahanan Jorge Chavez mengatakan kepada outlet berita lokal RPP, pihak berwenang telah "dengan cermat mematuhi" instruksi Presiden Dina Boluarte untuk menggunakan kekuatan dengan hati-hati.

Pada Hari Selasa, ribuan orang berbaris di Lima dan tempat lain menuntut "perdamaian dan ketenangan."

Terpisah, pihak berwenang mengatakan kereta api ke benteng Inca Machu Picchu telah ditangguhkan, sehari setelah sekitar 2.062 turis dievakuasi.

Sergio Belloso, wakil presiden asosiasi hotel dan restoran Peru mengatakan, kurangnya turis pada tahun 2022 yang disebabkan oleh krisis politik dan sosial, telah merugikan negara sekitar 2,5 miliar dolar AS.

Diketahui, Castillo menjalani penahanan praperadilan selama 18 bulan, sementara dia diselidiki karena "pemberontakan", tuduhan yang dibantah oleh mantan presiden tersebut.

Dia digulingkan setelah dia mencoba membubarkan Kongres secara ilegal dan mengatur kembali peradilan.

Boluarte, mantan wakil presiden yang mengambil alih kekuasaan tak lama setelah pemecatan Castillo. Ia telah mengusulkan untuk memajukan pemilihan umum berikutnya.