JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pengawasan untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 diperketat terhadap pengunjung dari semua negara, terutama yang memiliki kasus infeksi lebih banyak.
“Saat ini kami tidak mengambil posisi diskriminasi terhadap negara mana pun. Karena jika kita melihat penyebaran infeksi di China, kita juga tahu bahwa kematian di Amerika Serikat akibat COVID-19 juga tinggi, seperti halnya beberapa negara lain,” kata Anwar kepada pers di Putrajaya, ANTARA, Rabu, 4 Januari.
Karena itu, untuk menyelamatkan masyarakat Malaysia maka siapa pun yang masuk ke negara tersebut harus dipantau dan tunduk pada kondisi yang sama, kata dia.
“Yang saya tekankan di sini adalah pengawasan diperketat, tapi tidak memilih negara. Karena Malaysia tahu, pengunjung bisa saja dari Indonesia tapi bulan lalu dia dari China, misalnya. Jadi masalah seperti itu kompleks, kami tidak mau gegabah hanya karena beberapa laporan saja,” ujar dia.
Anwar juga mengatakan jika melihat survei global, masalah yang dihadapi lebih komprehensif. “Yang penting kita tidak bertoleransi demi menjamin keselamatan bangsa dan negara," katanya.
Ia mengatakan rapat kabinet mengambil keputusan tanpa ragu bahwa masalah kesehatan masyarakat merupakan hal utama.
Masalah pariwisata dan pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengalahkan pentingnya mengendalikan dan merawat orang dalam hal epidemi dan infeksi, termasuk COVID-19, katanya.
“Saya ingin menjelaskan ini karena banyak keraguan muncul seolah-olah untuk pariwisata. Tidak. Kami mengambil keputusan tegas,” kata Anwar dalam jumpa pers yang diikuti secara daring.
Semua tindakan yang dianggap perlu, kata dia, akan dilakukan di pusat-pusat imigrasi tempat masuknya warga asing dengan memperketat pengawasan tanpa membedakan asal negara.
Negara-negara dengan jumlah penularan tinggi, termasuk Amerika Serikat dan China, dipantau secara serius, tanpa melonggarkan syarat, kata dia.
“Cuma faktanya berbeda dari apa yang dibicarakan. Menteri Dalam Negeri memberikan jumlah pendatang China 2022 adalah 336.000. Mayoritas mereka adalah turis. Desember saja pelawat China ada 53.000, dan kita tidak melihat lonjakan infeksi yang berhubungan dari negara mana-mana,” ujar dia.
BACA JUGA:
Meski demikian, kata dia, bukan berarti ada kelonggaran bagi pengunjung dari negara mana pun, termasuk dari China.
“Kita harus pantau seperti mana menurut keperluan dan kepentingan kita," kata Anwar.