Minta Negara NATO Pasok Lebih Banyak Senjata ke Ukraina, Stoltenberg: Kepentingan Keamanan Kami Semua Memastikan Ukraina Menang
Sekjen NATO Jens Stoltenberg. (Wikimedia Commons/Magnus Fröderberg)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg meminta negara-negara anggota aliansi militer tersebut, untuk memasok lebih banyak senjata ke Ukraina, menurut sebuah wawancara yang diterbitkan pada Hari Jumat.

"Saya meminta sekutu untuk berbuat lebih banyak. Kepentingan keamanan kami semua untuk memastikan Ukraina menang dan (Presiden Rusia Vladimir) Putin tidak menang," kata Stoltenberg kepada kantor berita Jerman DPA, seperti melansir Reuters 30 Desember.

Lebih jauh dikatakan olehnya, mungkin lebih penting Ukraina menerima cukup amunisi untuk sistem yang sudah ada, menambahkan kebutuhan akan amunisi dan suku cadang "sangat besar".

Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya kepada pemimpin Barat, meminta berbagai macam senjata dan sistem pertahanan udara untuk membantu upaya melawan invasi Rusia.

Kemudian, Amerika Serikat pekan lalu mengumumkan hampir 2 miliar dolar AS bantuan militer tambahan, termasuk Sistem Pertahanan Udara Patriot, yang menawarkan perlindungan terhadap rudal pesawat, jelajah dan balistik.

Stoltenberg mengatakan kepada DPA, bahwa dukungan militer untuk Ukraina adalah cara tercepat menuju perdamaian.

"Kami tahu bahwa sebagian besar perang berakhir di meja perundingan - mungkin perang ini juga - tetapi kami tahu bahwa apa yang dapat dicapai Ukraina dalam perundingan ini sangat bergantung pada situasi militer," paparnya.

Diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebut Presiden Putin sebagai "operasi militer khusus" terhadap apa yang dia anggap sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia.

Sebaliknya, Ukraina dan sekutu Baratnya mengecam tindakan Rusia sebagai perampasan tanah gaya imperialis, dengan menjatuhkan sanksi untuk mencoba mengganggu kampanye.

Perang 11 bulan telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, meninggalkan kota-kota dalam reruntuhan dan mengguncang ekonomi global, menaikkan harga energi dan pangan.